Semarang, Tuturpedia.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mendorong Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar lebih semangat meraih peringkat tertinggi di Harmony Award yang digelar oleh Kementerian Agama RI.
Hal tersebut disampaikan oleh Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) kala hadir dalam rapat koordinasi (rakor) dengan Organisasi Keagamaan dan Ormas se-Kota Semarang.
“Hari ini ada rakor bersama FKUB dan Ormas Keagamaan se-Kota Semarang. Jadi dari berbagai agama semua hadir komplit lengkap dan dihadiri juga oleh Direktur Setara Institut. Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kota Semarang mendorong FKUB agar lebih semangat menjadikan Kota Semarang meraih Harmony Award peringkat terbaik,” ucap Mbak Ita di Hotel Grasia Semarang, Rabu (7/8/2024).
Harmony Award ialah penghargaan kepada pemerintah daerah dan FKUB selaku bentuk apresiasi terhadap partisipasi dan kontribusi mereka dalam merawat serta menguatkan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Sejak tahun 2022, lanjut Mbak Ita, Kota Semarang terus melakukan peningkatan peringkat menjadi kota toleran di Indonesia.
“Alhamdulillah, sejak tahun 2022 ini semakin naik peringkatnya. Di 2022, Kota Semarang masih peringkat 10 besar, kemudian kami dorong dan di 2023 naik ke peringkat 7,” tuturnya.
Kemudian tahun 2024, Kota Semarang masuk ke dalam lima besar kota toleran di Indonesia hingga meraih anugerah Harmony Award.
“Saya menyampaikan kepada teman-teman FKUB dan organisasi keagamaan juga agar jangan berpuas diri. Sehingga prestasi ini bisa ditingkatkan lagi, tidak hanya berpuas diri di lima besar tapi bisa naik dan naik lagi. Harapannya bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat Kota Semarang,” ungkapnya.
Mbak Ita Minta Saran untuk Evaluasi dari Harmony Award
Di hadapan Direktur Institut Setara pun Mbak Ita meminta saran mengenai kekurangan Kota Semarang yang dapat dievaluasi ke depannya dalam penilaian Harmony Award.
“Tadi dengan Direktur Institut Setara, kami tanyakan apa saja sih yang masih menjadi kekurangan-kekurangan. Padahal dari FKUB, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, dan masyarakatnya dinilai sudah saling toleran. Tetapi mungkin ada hal-hal lain seperti pencatatan, dokumentasi yang masih kurang,” terangnya.
Yang mana dari kekurangan itu nantinya akan diperbaiki dan menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi Pemkot Semarang bersama FKUB.
“Evaluasi ini bisa menjadi langkah-langkah percepatan untuk Kota Semarang bisa menjadi yang terbaik untuk Harmony Award di tahun depan,” jelasnya.***
Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko
Editor: Annisaa Rahmah