Tuturpedia.com – Momentum Lebaran Idul Fitri selalu identik dengan momen silaturahmi atau saling berkunjung ke rumah keluarga atau kerabat.
Dikutip Tuturpedia.com dari laman MUI, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof KH Asrorun Niam Sholeh pun mengajak supaya umat Islam bisa merayakan Lebaran Idul Fitri dengan sukacita dan semangat kebersamaan.
Prof Niam juga menyarankan agar momentum silaturahmi tidak menjadi ajang flexing (ajang pamer) maupun menanyakan pertanyaan sensitif yang menyinggung.
“Jangan sampai kemuliaan silaturahmi itu berdampak kepada flexing, pamer harta, termasuk menyinggung perasaan saudara kita dengan pertanyaan pada hal-hal yang bersifat pribadi dan sensitif,” ujar Prof Niam.
Menurut Prof Niam, momentum Lebaran Idul Fitri merupakan waktu yang tepat untuk membangun kebersamaan dan rasa cinta kasih antar sesama Muslim.
Namun, pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung dan sensitif tentunya akan mengotori rasa kebersamaan itu.
Begitu pula dengan flexing atau ajang pamer harta yang bisa membuat cinta kasih yang seharusnya tumbuh saat Idul Fitri justru berubah.
Dalam cakupan yang lebih luas, Prof Niam juga mengajak agar umat Muslim bisa memaknai perayaan Idul Fitri tahun ini sebagai momen rekonsiliasi nasional pasca Pemilu 2024 beberapa waktu lalu.
“Jangan menyimpan dendam dan pembangunan itu menjadi komitmen bersama. Saatnya semua bersama-sama membangun bangsa, sesuai dengan kompetensinya,” lanjutnya.
Prof Niam pun menyebut bahwa perayaan Idul Fitri yang dilaksanakan secara bersama ini merupakan ‘Amul Jamaah yang artinya adalah tahun kebersamaan dan persaudaraan.
“Membangun rekonsiliasi nasional untuk bersama-sama membangun bangsa. Saatnya mengedepankan kebersamaan dan titik temu serta menurunkan ego,” ujarnya.
Terakhir, Prof Niam mengajak seluruh elemen bangsa agar bisa mengesampingkan segala perbedaan demi kepentingan persatuan nasional.
“Persatuan dan persaudaraan adalah modal dasar kita untuk mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya.***
Penulis: Sri Sulistiyani
Editor: Nurul Huda















