Semarang, Tuturpedia.com – Organisasi Orang Muda Katolik (OMK) Gerbong Paroki Santa Theresia Bongsari Semarang, Jawa Tengah menggelar pertunjukan visualisasi jalan salib pada Jumat, 29 Maret 2024 pukul 08.00 WIB.
Pertunjukan itu digelar sebelum perayaan ibadat Jumat Agung di Paroki Santa Theresia Bongsari yang akan dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB dan 18.00 WIB.
Visualisasi jalan salib sendiri adalah momentum bagi umat Katolik untuk mengenang sengsara Yesus dengan menghadirkan kembali peristiwa itu dan mengingatkan umat atas penderitaan Yesus menjelang wafat.

Hal ini disampaikan oleh Atansios Seno Kristiadi selaku sutradara visualisasi jalan salib.
“Visualisasi jalan salib ini sendiri adalah momentum untuk mengenang wafatnya Yesus. Dengan adanya jalan salib ini akan membantu umat untuk bisa kembali ke masa itu melihat kembali bagaimana sengsara Yesus,” ucap Seno, sapaan akrabnya pada Tuturpedia.com.
Seno menyampaikan, visualisasi jalan salib ini juga membantu umat agar lebih mendalami makna kehidupan, refleksi, dan perenungan. Harapannya dengan adanya kegiatan ini, umat Katolik dapat lebih menyadari betapa besarnya pengorbanan Yesus bagi umatnya.
“Pertunjukan ini juga membantu umat lebih mendalami makna kehidupan tidak hanya sekadar visualisasinya saja, tapi juga momentum refleksi dan perenungan bagi umat,” kata Seno.
“Harapannya (setelah melihat visualisasi jalan salib ini) umat bisa menyadari betapa besar pengorbanan Yesus bagi umatnya,” tambahnya.
Untuk diketahui, Paroki Santa Theresia Bongsari telah menggelar kegiatan visualisasi jalan salib sejak tahun 1982 dan terus dilakukan hingga kini dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.
Untuk visualisasi jalan salib di tahun 2024 ini, kata Seno, tema yang diambil adalah modernitas. Hal ini dapat dilihat dari properti dan kostum yang dikenakan oleh para pemeran yang disesuaikan dengan budaya modern.
Contohnya adalah pemeran prajurit yang didesain menjadi penjahat/tukang pukul, kemudian rakyat yang divisualkan dengan berbagai macam profesi, imam-imam yang memakai baju pejabat, serta Pontius Pilatus yang mengenakan pakaian hakim.
Seno mengatakan, hal ini adalah usaha penyesuaian yang coba dilakukan oleh dirinya dan tim untuk menghadirkan situasi yang dapat relate dengan kondisi modern saat ini.
“Berbeda dengan tahun kemarin yang pakai adat Jawa, kalau tahu. Ini kami ambil tema modern, jadi pakaian pemerannya kami buat berbagai profesi yang relate dengan kondisi modern sekarang,” jelas Seno.
Lebih lanjut, Seno menyebut kreativitas itu juga merupakan bentuk kritik sosial pada kondisi yang terjadi saat ini.
“Ini juga kritik sosial dari kami terhadap apa yang terjadi saat ini Mas, contohnya ya tokoh Pontius Pilatus yang kami buat berpakaian hakim tapi perilakunya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Ia tidak berani membela hukum tapi malah membela jabatan yang ia dapat,” bebernya.
Di akhir, Seno menyampaikan bahwa persiapan yang ia dan timnya lakukan untuk kegiatan visualisasi jalan salib ini tergolong singkat. Kurang lebih hanya sekitar satu bulan dengan berbagai macam kendala yang sempat dialami.
“Kalau ngomongin persiapan sebenarnya singkat ya Mas, kalau saya hitung-hitung mungkin cuma sebulan itu juga kepotong buat nyiapin properti, setting panggung, dan persiapan tempat,” kata Seno.
“Beberapa kendala juga kami alami, tapi untungnya semua bisa kami lewati. Dalam persiapan kamu juga dibimbing oleh Romo Didik (Kepala Paroki Santa Theresia Bongsari) yang beberapa kali memberikan semangat dan pemberkatan, serta Ibu Dewi selaku ketua panitia yang selalu mendampingi,” tutupnya.
Sebagai informasi, visualisasi jalan salib ini masuk dalam rangkaian kegiatan Pekan Suci yang digelar oleh Paroki Santa Theresia Bongsari yang diawali dengan kegiatan Minggu Palma hingga nanti diakhiri dengan perayaan hari raya Paskah pada hari Minggu, 31 Maret 2024.***
Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar.
Editor: Annisaa Rahmah.