Semarang, Tuturpedia.com – Cue Kopi dan Omah Dongeng Sangkara menggelar kegiatan pementasan dalam rangka peringatan hari dongeng nasional di Kedai Cue Kopi, Patemon, Gunungpati, Kota Semarang pada Sabtu (9/12).
Acara tersebut berlangsung meriah dan dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat, pejabat RT, orang tua, anak-anak, peserta kegiatan Omah Dongeng Sangkara, serta mahasiswa kampus setempat.
Owner Cue Kopi, Muhammad Nurchafid menyampaikan latar belakang kegiatan ini dimaksudkan untuk terus mempertahankan budaya lokal utamanya di desa Patemon.
“Dengan perkembangan dunia, dengan zaman yang semakin modern membuat budaya lokal makin tergerus. Modernisasi itu kemudian mengkotai desa, artinya ya desa sekarang sudah menjadi kota,” ungkap Chafid, sapaan akrabnya pada Tuturpedia.com.
Chafid menjelaskan bahwa tempat yang dapat menjadi ruang pengenalan budaya saat ini sangatlah jarang.
“Modernisme kemudian membuat tempat yang punya gagasan/ide tentang pengenalan budaya tradisional menjadi sangat jarang,” jelasnya.
Chafid juga menyampaikan, tujuan utama dari omah dongeng sangkara ini adalah untuk membentuk pribadi anak-anak agar berakhlak dan beradab.
“Niar saya sederhana, Mas. Cuma agar anak-anak ini itu bisa beradab dan berakhlak, minimal itu,” jelas Chafid.
“Nah maka dari itu dibuatlah Omah Dongeng ini sama temen-temen Mahasiswa Unnes (Universitas Negeri Semarang). Kami dari Cue Kopi berupaya menaungi dan mendukung, jadi tempat ini bukan hanya sekadar bisa dipakai ngopi, tapi juga tempat nguri-uri (melestarikan) budaya bagi anak-anak,” tukas Chafid.
Jalannya Pementasan Seni Budaya

Kegiatan pementasan diawali dengan doa yang disampaikan oleh Bapak Kyai Ridho dan dilanjutkan sambutan oleh Ketua RT setempat, Abdul Wahid.
Dalam sambutannya, Abdul Wahid mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh Omah Dongeng Sangkara ini.
“Saya mewakili masyarakat di wilayah sini mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kegiatan malam hari ini yang diselenggarakan oleh Omah Dongeng Sangkara,” ucap Wahid.
Kegiatan ini, kata Wahid, digelar untuk memperingati hari dongeng. Menurutnya, acara ini sangat bagus sebab diisi oleh kegiatan-kegiatan yang positif.
“Saya terkesan karena malam ini dalam rangka memperingati hari dongeng ada kegiatan positif yang ditampilkan, seperti menari, menyanyi, drama, dan lain-lain,” katanya.
Ia berharap, semoga kegiatan ini dapat menjadi manfaat baik bagi anak-anak yang mengikuti kegiatan di Omah Dongeng Sangkara maupun pada masyarakat.
“Semoga kegiatan ini dapat menjadi manfaat baik bagi anak-anak maupun masyarakat,” tutupnya.
Setelah sambutan acara kemungkinan dilanjutkan pembukaan dan pemotongan tumpeng lalu dilanjutkan pementasan.
Pementasan pertama adalah penampilan seni tari kreasi Nusantara yang ditampilkan oleh Jihan, Dira, Adel, dan Rani. Kemudian dilanjutkan pembacaan puisi Kamus Kecil karya Joko Pinurbo yang dibacakan oleh Haidar.
Setelahnya, kegiatan dilanjutkan sharing tentang Omah Dongeng Sangkara, dalam sesi itu, orang tua dan masyarakat diajak untuk melihat karya yang dibuat oleh anak-anak mereka.
Selain itu, mereka juga diajak untuk memberikan saran, dan harapan untuk Omah Dongeng Sangkara.
Kegiatan lalu dilanjutkan pementasan wayang yang ditampilkan oleh Jagad. Dalam kesempatan itu, ia membawakan lakon pakeliran ‘Seno Lair’ yang menceritakan tentang kelahiran Bratasena (Werkudara muda).
Di akhir, pementasan ditutup dengan penampilan teater berjudul ‘Radio’ yang naskahnya ditulis langsung oleh founder Omah Dongeng Sangkara, Tsaqiva Kinasih Gusti. Penampilan teater ini berhasil memukau penonton yang hadir dan memantik tepuk tangan yang sangat meriah dari mereka.
Tentang Omah Dongeng Sangkara
Sebagai informasi, Omah Dongeng Sangkara terbentuk pada 6 Oktober 2023 lalu dan memang bertujuan untuk memperkenalkan budaya lokal kepada anak-anak dan masyarakat setempat.
Tsaqiva Kinasih Gusti, selaku founder Omah Dongeng Sangkara menjelaskan bahwa nama Sangkara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti membawa keberuntungan.
“Sangkara itu berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya membawa keberuntungan. Tapi juga bisa jadi akronim dari Sasana Nguri-uri Kabudayan Masyarakat,” jelas Tsaqiva, sapaan akrabnya kepada Tuturpedia.com.
Lebih lanjut, Tsaqiva menjelaskan bahwa Omah Dongeng Sangkara ini dimaksudkan untuk menjadi tempat bagi anak-anak untuk mencintai dongeng dan lingkungannya.
“Omah Dongeng Sangkara ini adalah tempat untuk anak-anak untuk belajar mencintai dongeng dan lingkungannya,” ungkap Tsaqiva.
“Mereka (anak-anak) diajak untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai seperti menggambar, mewarnai, mendongeng, dan jalan-jalan di sekitar lingkungan sini,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ketua Omah Dongeng Sangkara, Ayu Fadjri Agustiani menyampaikan bahwa latae belakang Omah Dongeng Sangkara mengadakan kegiatan ini dalam rangka hari dongeng sedunia dan momentum untuk merayakan dongeng.
“Latar belakangnya karena rumah dongeng ini berupaya memediakan dongeng dan dalam rangka hari dongeng nasional jadi kami membuat untuk merayakan dongeng, mengingat kembali dongeng-dongeng yang mungkin sudah mulai dilupakan, diingat kembali melalui acara ini,” ucapnya.
Ayu juga menyampaikan, pementasan ini diharapkan mampu membangun memori anak-anak dan menjadi sarana mengembangkan bakat dan minat mereka.
“Dengan adanya pementasan ini semoga anak-anak bisa mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan apa yang mereka senangi,” kata Ayu.
Diakhir Ayu menitipkan harapan agar Omah Dongeng Sangkara ini dapat terus berkembang dan dapat menjadi tempat anak-anak untuk mencintai dongeng dan budaya.
“Semoga Omah Dongeng Sangkara semakin berkembang dan selalu dapat menjadi tempat bagi anak-anak belajar dan mencintai budaya mereka,” tutupnya.***
Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar
Editor: Nurul Huda