Tuturpedia.com – Baru-baru ini, presenter dan selebritas ternama, Ivan Gunawan, mengomel lewat akun Instagram pribadinya perihal style berpakaian yang ia kenakan.
Omelan yang diunggah Ivan Gunawan lewat akun Instagram @ivan_gunawan tersebut ia tulis menanggapi teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang menilainya ‘bergaya perempuan’ kala tampil sebagai pembawa acara Brownis yang tayang di Trans TV.
Ivan Gunawan menulis di dalam caption unggahannya bahwa pakaian yang ia kenakan di dalam foto tersebut sempat membuatnya berselisih dengan tim wardrobe Trans TV.
“Eh @kpipusat ini gaya tahun 60’s gue, elo harus tau dulu KPI… Baju ini buat gue brantem besar ama wardrobe @transtv_corp makanya gue kesel gara-gara loe tegor style gue,” tulis selebritas yang juga desainer fashion ternama itu.
Teguran KPI kepada Brownis dan Ivan Gunawan
Unggahan yang dibuat Ivan Gunawan pada Kamis (4/1) tersebut adalah tanggapan atas teguran tertulis KPI kepada program Brownis yang dipublikasikan Rabu (3/1).
“KPI Pusat menjatuhkan sanksi administratif teguran tertulis pertama untuk Program ‘Brownis’ di Trans TV. Program ini kedapatan menampilkan adegan yang mengarah pada penormalan laki-laki bergaya perempuan yang dipertontonkan kepada khalayak,” demikian bunyi pembukaan teguran tersebut yang diunggah di akun Instagram @kpipusat.
Menurut KPI, tindakan penormalan laki-laki bergaya perempuan dalam program Brownis telah melanggar etika dan norma yang diatur dalam pedoman KPI.
“Hal tersebut dinilai melanggar etika dan norma sebagaimana terdapat dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012,” jelas KPI.
Selanjutnya, KPI menegaskan bahwa teguran tertulis tersebut dilayangkan usai penayangan program Brownis pada 30 Oktober 2023 pukul 12.38 WIB.
Lebih tepatnya soal penampilan Ivan Gunawan yang mengenakan pakaian, aksesoris, riasan, serta bahasa tubuh kewanitaan.
Atas temuan tersebut, KPI Pusat sudah meminta pihak Trans TV untuk melakukan klarifikasi pada 12 Desember 2023. Temuan tersebut sekaligus jadi catatan KPI dalam rapat pleno untuk memutuskan sanksi.
“KPI meminta Trans TV untuk melakukan perbaikan internal dan tidak lagi mengulangi pelanggaran yang sama,” pungkas lembaga negara independen tersebut.
Netizen: KPI Kurang Wawasan
Kedua unggahan tersebut sama-sama memancing respons warganet pada kolom komentar masing-masing.
Terlepas dari pro-kontranya, tak sedikit yang mendukung Ivan Gunawan dengan menekankan latar belakangnya sebagai pekerja kreatif di bidang fashion.
“Kak Igun kan designer jadi tau style. Mungkin KPI kurang gaul atau mungkin kelahiran 2000 juga gak tahu jaman dulu,” tulis akun @ratnape***.
“KPI negur fashion ke orang yang paham fashion. Ngga salah orang?” imbuh @lakunasho***.
Tak sedikit pula yang menegaskan bahwa fashion pria tahun 1960-an memang memadukan sepatu berhak tinggi.
“Menurutku nggak ada yang salah sama style ini. Sesuai dengan gaya cowok tahun 60-an,” tulis @erichalamin.
“Cowo 60s emang pake heels kok. Ada salah di mananya sih nih,” akun @eliastaze*** menambahkan.
Melansir dari lama L’Officiel, sepatu berhak tinggi atau high heels rupanya telah dikenakan para pria sejak abad ke-10.
Bahkan, pada masa itu high heels menunjukkan status kekuasaan di bidang militer dan kekayaan pria yang mengenakannya.
Sederet raja pada masa itu seperti King Louis XIV bahkan menetapkan hanya masyarakat kelas atas saja yang boleh mengenakan high heels pada 1670.
Pada era yang lebih modern, band legendaris The Beatles bahkan membantu memopulerkan Beatle boots pada tahun 1960-an. Beatle boots ini nantinya berkembang menjadi model sepatu yang dikenal sebagai Chelsea boots.
Bukan hanya itu saja, tak sedikit musisi rock-n-roll abad ke-20 yang juga mengenakan boots berhak tinggi seperti Aerosmith, Mötley Crue, Kiss dan David Bowie.
Barangkali, kegagalan KPI memahami sejarah sepatu berhak tinggi tersebut jadi alasan yang memancing komentar berikut dari akun @sasha.anand***: “(Tombol) KPI Kurang wawasan.”
Penulis: K Safira
Editor: Nurul Huda