Jateng, Tuturpedia.com – Wayang Krucil merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa yang memiliki makna dan simbolisme mendalam.
Di Desa Plantungan, Kecamatan Blora Kota, kabupaten Blora, Jawa Tengah, wayang krucil menjadi simbol dimulainya acara sedekah bumi yang merupakan bagian penting dari budaya masyarakat setempat.
Acara sedekah bumi di Desa Plantungan bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan juga mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dan alam.
Wayang krucil dipercayai sebagai perantara antara dunia nyata dan dunia gaib, sehingga kehadirannya dalam acara sedekah bumi memiliki makna spiritual yang dalam.
Bahkan, Kepala Desa Plantungan, Endang Susana, menyampaikan bahwa dalam menjalankan tradisi syukuran ini, digelar setiap setahun sekali, tepatnya pada Jumat pahing dengan menggelar kesenian Wayang Krucil.
“Jadi, hiburan Wayang Golek atau Wayang Krucil ini sudah dilakukan turun-temurun ketika sedekah bumi. Kesenian tradisional tersebut digelar di Sendang besar atau Sendang Timongo, sekaligus sebagai tempat bancakan Desa,” ucapnya. Pada, Jumat (10/05/2024).
Lebih lanjut, pihaknya pun kembali menceritakan sedikit mitos yang sudah membumi di desa tersebut terkait wayang krucil.
“Dulu sebelum saya menjabat kades Desa Plantungan ini, kononnya pernah terjadi angin ribut. Hal tersebut dikarenakan waktu sedekah bumi tak ada hiburan wayang krucil. Jadi, semenjak saya menjabat dan tiap tahun sekali di sedekah bumi tradisi wayang krucil ini selalu dipentaskan. Dan satu lagi, selain wayang krucil nanti juga ada ketoprak, lokasinya sama di Sendang Timongo,” ungkapnya.
Dirinya mengaku tradisi sedekah bumi dan gelaran wayang maupun ketoprak, selain sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta, juga merupakan salah satu cara nguri-uri tradisi Jawa. Namun, Desa Plantungan tidak menutup diri dari hiburan dan kesenian yang lain.
“Mau hiburan dangdut, ketoprak, tayub, atau yang lain boleh-boleh saja, yang penting Wayang Golek dikepyake atau digelar meskipun cuma sebentar. Sudah pakemnya,” ungkapnya.
Ia pun menambahkan bahwa sedekah bumi tersebut ada tiga gunungan berisi jajanan dan hasil bumi lainnya dari warga yang nantinya usai menjalani ritual didoakan, akan direbutkan pengunjung yang hadir di Desa Plantungan.
Sementara itu, Ari, warga Blora kota yang datang berkunjung mengaku senang dan sangat menikmati nuansa sedekah bumi di Desa Plantungan.
“Daerahnya ini kan semi pegunungan, masih asri dan tradisinya sangat kental. Dekat dengan pabrik semen juga. Pokoknya setiap tahun kalau nggak ke sini rugi, soalnya menyenangkan main ke sini,” bebernya.
Terlepas dari itu, dan perlu diketahui bahwa dalam konteks ini, Wayang Krucil bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur kepada alam.
Melalui pertunjukan Wayang Krucil, masyarakat Desa Plantungan menjaga warisan leluhur dan memperkokoh identitas budaya mereka.
Dengan demikian, Wayang Krucil bukan hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga simbol yang mengikatkan masyarakat dengan akar budaya dan alamnya.
Keberadaannya dalam acara sedekah bumi menjadi bukti nyata betapa pentingnya melestarikan tradisi dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Dengan memahami makna Wayang Krucil dalam konteks acara sedekah bumi di Desa Plantungan, kita dapat melihat betapa kaya dan dalamnya nilai-nilai budaya lokal.
Hal ini juga mengajarkan kita untuk selalu menghargai warisan nenek moyang serta menjaga harmoni dengan alam, sesuatu yang sangat relevan dalam konteks tantangan global saat ini.***
Adv Dinkominfo Blora
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro
Editor: Nurul Huda
