Tuturpedia.com – Israel kembali membombardir Gaza dan melakukan pengepungan besar-besaran sejak 7 Oktober 2023.
Berbagai serangan dilancarkan baik itu melalui jalur darat dan udara sebagai pembalasan atas serangan Hamas, yang menurut Israel telah menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 240 orang disandera.
Sementara itu, atas terjadinya serangan tersebut, Otoritas Kesehatan Gaza mengatakan sekitar 18.000 orang tewas akibat serangan Israel dan 49.500 orang terluka. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk wilayah kantong Palestina telah diusir dari rumah mereka.
Dikutip Tuturpedia.com dari laman Reuters (11/12/2023), selusin utusan Dewan Keamanan PBB telah menghadiri perjalanan yang diselenggarakan oleh Uni Emirat Arab untuk mengunjungi Rafah yang terletak 30 mil dari Gaza, Palestina.
Hanya beberapa hari setelah kunjungan tersebut, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres memperingatkan bahwa ribuan warga Palestina kelaparan di daerah terkepung.
Selain itu, Ketua UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan jika warga Gaza yang belum makan selama berhari-hari menjarah pusat distribusi bantuan kemanusiaan dan menghentikan truk di jalan ketika mereka mencoba mengamankan pasokan untuk keluarga mereka.
“Bantuan yang ada tidak cukup,” kata Lazzarini.
“Warga Palestina dilanda kelaparan yang merajalela. Kebanyakan orang hanya tidur di atas beton,” lanjutnya.
Melihat fakta tersebut, Dewan Keamanan PBB menuntut adanya gencatan senjata kembali di daerah Gaza melalui resolusi yang diajukan oleh Uni Emirat Arab.
Namun, resolusi ini tidak bisa direalisasikan setelah Amerika Serikat memveto resolusi tersebut pada hari Sabtu (9/12/2023) lalu.
Upaya gencatan senjata yang akhirnya terpaksa tidak diwujudkan ini akhirnya menjadi mimpi buruk bagi warga Gaza, Palestina. Di mana bantuan kemanusiaan dan pengiriman bahan bakar semakin terbatas dan tidak mencukupi, bahkan untuk sekadar kebutuhan dasar.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, terdapat 100 truk yang membawa pasokan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza dari Mesir pada hari Minggu (10/12/2023).
Namun pada kenyataannya jumlah tersebut jauh dibawah rata-rata harian yang biasanya mencapai sebanyak 500 truk.
Selain itu, seorang karyawan UNICEF, mengatakan pusat logistik di dekat El-Arish menyimpan barang-barang yang dilarang Israel untuk dikirim ke Gaza.
Logistik tersebut termasuk panel surya dan mesin ultrasound. Karyawan tersebut mengatakan bahwa benda tersebut dilarang karena bersifat listrik dan mengandung logam.
Warga Gaza Semakin Mendekati Garis Perbatasan Mesir
Lebih lanjut, Philippe Lazzarini menuturkan jika warga Gaza yang diusir dari rumah mereka semakin didorong semakin dekat ke perbatasan.
Philippe juga mengatakan bahwa ada rencana untuk mengupayakan untuk memindahkan warga Palestina ke Mesir.
Saat ini, perbatasan dengan Mesir telah dijaga ketat. Mesir telah lama memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan mengizinkan warga Gaza masuk ke wilayahnya kali ini, karena khawatir mereka tidak akan bisa kembali.
Namun, militan Hamas membuat lubang di tembok tersebut pada tahun 2008 untuk mematahkan blokade ketat. Warga Gaza menyeberang untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya namun segera kembali, tanpa ada yang mengungsi secara permanen.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah