Tuturpedia.com – Beberapa waktu ke belakang, viral sebuah video yang berisikan candaan dari Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.Â
Dalam video tersebut, Zulkifli Hasan bercanda tentang pelafalan amin dan gerakan dalam shalat yang kemudian menjadi kontroversi di tengah masyarakat.
Dikutip Tuturpedia.com dari laman MUI pada Minggu (24/12/2023), Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud pun merespons video yang viral tersebut.Â
Kiai Marsudi meminta agar semua pihak bisa bertabayun terlebih dahulu perihal ucapan Zukkifli Hasan tersebut.
“Ini sesungguhnya, kalau saya lihat, awalnya yang gergeran (candaan), jadi gegeran (keributan),” ujar Kiai Marsudi.
Dalam merespons ucapan yang menjadi viral tersebut, sebelum menilainya sebagau penilaian penistaan agama, Kiai Marsudi meminta umat memperhatikan 3 hal.
Pertama, suatu perbuatan atau ucapan sangat erat dengan maksud tujuannya.
Artinya, perkataan Zulkifli Hasan tersebut bisa dinilai kalau kita memang betul-betul mengetahui niat beliau mengucapkan hal tersebut atau dikenal dengan istilah Alumuru bi maqashidiha.
Kedua, Kiai Marsudi meminta agar semua tokoh masyarakat bisa tetap mengedepankan akhlak dalam menyampaikan segala hal yang menyangkut tokoh dan sikap politik, terlebih saat ini adalah masa-masa kampanye.
“Saya himbau tokoh masyarakat dan tokoh agama bisa tetap mengedepankan akhlak dalam menyampaikan pesan-pesannya. Lebih baik calon dan pendukungnya adu gagasan dari pada adu gos-gosan,” tutur Kiai Marsudi.
Ketiga, masyarakat juga harus bisa membedakan antara “amin” yang merupakan akronim dari pasangan capres dan cawapres Anies-Muahimin dengan “aamiin” dalam shalat yang artinya kabulkan doa kami.
Selain itu, Kiai Marsudi juga meminta umat Islam untuk membedakan isyarat telunjuk nomor urut capres dengan isyarat telunjuk tasyahud dalam shalat.
Terakhir, Kiai Marsudi berharap agar masyarakat bisa berlaku cerdas dalam menyikapi hal semacam ini dan tidak mudah tergiring oleh opini yang menyesatkan.
“Jadi bedakan. Masyarakat harus cerdas dan harus tahu ini (perbedaan),” pungkasnya.***
Penulis: Sri Sulistiyani
Editor: Nurul Huda















