banner 728x250

Viral Caleg DPRD Cilegon Cabut Akses Air Bersih Pasca Kalah Suara, Ini Alasannya 

Sosok Sumedi Madasik, caleg yang putus aliran air bersih untuk warga. Foto: Facebook Sumedi Madasik
Sosok Sumedi Madasik, caleg yang putus aliran air bersih untuk warga. Foto: Facebook Sumedi Madasik
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Seorang calon legislatif (caleg) DPRD Cilegon mencabut akses air bersih pasca dirinya kalah suara, berikut alasannya melakukan itu. 

Dikutip Tuturpedia.com dari berbagai sumber, Jumat (15/3/2024), caleg DPRD Cilegon, Sumedi Madasik viral di media sosial X (Twitter) lantaran dirinya memutus aliran air bersih ke warga Cisuru, Suralaya. 

Pemutusan akses saluran air bersih ini usai dirinya kalah suara. Aksi Sumedi ini viral dan banyak dihujat oleh warganet. Namun, belakangan baru terungkap alasan dirinya melakukan hal tersebut. 

Sumedi sendiri rupanya sudah selama 5 tahun ini membayar biaya listrik pompa air. Ia menyebutkan jika alasannya mencabut akses saluran air bersih lantaran uangnya sudah keluar banyak, jadi dia sudah merasa tidak mampu untuk memberikan subsidi air bersih warga.  

“Kenapa saya stop dulu karena selama ini saya menyubsidi pembayaran listrik besar sekali, jadi karena saya habis nyalon uang pun keluar banyak, jadi untuk menyubsidi seterusnya saya tidak mampu,” ucap Sumedi, Kamis (14/3/2024).

Seperti yang diketahui, aliran air bersih warga Cisuru, Suralaya, Cilegon diputus oleh Sumedi sepekan setelah hari pencoblosan pemilu. 

Sumedi merupakan caleg PKS dapil 4 yang gagal mendapatkan kursi DPRD Cilegon. 

Caleg PKS itu mengatakan jika dirinya sudah mengalirkan air sejauh 2 kilometer dari tempat tinggalnya ke pemukiman warga di bukit selama 5 tahun terakhir. 

Air yang berasal dari sumur bor miliknya itu dipompa dan disalurkan ke pemukiman warga. Adapun warga dan Sumedi ternyata sudah membuat kesepakatan di mana para warga ini dipungut biaya Rp10 ribu per kubik air yang diambil dari sumur bor miliknya.

Biaya Rp10.000 itu meliputi Rp500 untuk Sumedi dan sisanya masuk ke kas warga yang akan digunakan untuk kebutuhan perawatan mesin pompa.

Namun, biaya yang dipatok dari warga itu ternyata tak mampu menutupi biaya listrik, sisanya Sumedi yang menutupi pembayaran listrik. 

“Sementara saya bayar listrik Rp4 juta sampai Rp4,5 juta per bulan, itu pun masyarakat yang terkumpul dari masyarakat itu paling Rp1,5 juta sampai Rp2 juta yang saya terima karena yang Rp5.000 masuk dana kas masyarakat,” tutur Sumedi.***

Penulis: Niawati.

Editor: Annisaa Rahmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses