Tuturpedia.com – Capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menyampaikan tidak masalah jika format debat capres atau debat cawapres 2024 berubah menjadi town hall meeting.
Hal tersebut lantaran adanya kritik dari Waketum Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo yang memberi usulan perubahan format debat capres menjadi ala town hall meeting.
Berbeda dengan format debat capres 2024 pada (12/12/2023) lalu, jika debat town hall meeting maka para penonton dipersilakan untuk memberikan pertanyaan kepada capres atau cawapres.
Capres nomor urut satu, Anies Baswedan tidak mempermasalahkan format debat dengan cara apapun. Dirinya mengaku terbiasa, karena sudah sering hadir ke forum global.
“Sebenarnya ya format apapun, cara apapun, kita bisa kok menyampaikan gagasan, menyampaikan visi, misi, bisa. Saya sering hadir di forum-forum global, waktunya hanya dua menit lho ngomong. Jadi kalau buat saya, bukan soal cara kok, caranya boleh saja apa saja,” ujar Anies saat kampanye di Morowali, Sulawesi Tengah (16/12/2023).
Ketika ditanya dari mana datangnya jawaban saat debat, ia menjawab sesuai dengan yang ada di pikiran. Bagi Anies, autentik saja tanpa dibuat-buat.
“Dengan cara apapun kita harus bisa menyesuaikan, apa sih jawaban yang muncul? Jawaban yang muncul adalah apa yang sudah ada dalam pikiran. Jadi, sebenarnya ini adalah kesempatan untuk autentik, autentik saja apa adanya. Enggak usah banyak-banyak kosmetiklah,” terangnya.
Sementara itu, Ganjar Pranowo mengungkapkan hal yang tidak jauh beda dengan Anies.
Ganjar memilih untuk mengikuti format debat yang ada, jika memang harus debat menggunakan model town hall meeting.
“Kalau modelnya di mana pun saya ikut saja sih. Model town hall oke, ya model panggung biasa oke gitu ya, yang penting sebenarnya bukan tempatnya buat saya, debat gitu,” ucap Ganjar di Ponpes Darussalam Timur, Kabupaten Magelang (17/12/2023).
“Debat itu ya sedikit boleh tanya jawab agak sedikit ramai agar kita bisa masing-masing menyampaikan pikiran, bisa defends, bisa menunjukkan data gitu ya dan itu bisa berulang-ulang,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, debat sebelumnya hanya ada dua kali kesempatan sehingga ada penjelasan yang belum terselesaikan.
“Kalau kemarin kan hanya dua kali, maka ada masih yang mengganjal kita pengin klarifikasi, umpama kita hanya butuh publik mengatakan pada sikap ini, ya atau tidak, kalau tempat model apa saja bisa,” sambungnya.
Usulan Waketum Gerindra soal Format Debat Capres
Waketum Gerindra, Rahayu Saraswati mengusulkan agar format debat diubah menjadi town hall sekaligus mengkritik tempat lokasi debat tanpa pendingin ruangan.
“Ada banyak masukan yang mengharapkan format debatnya itu berubah, bukan format debat yang di mana tiga paslon berdiri. Ini apalagi yang mohon untuk dipahami oleh banyak teman-teman di luar sana, kemarin itu bukan di dalam gedung. Kemarin itu bahkan outdoor yang itu sangat panas dengan spotlight, tidak ada AC sama sekali,” tuturnya pada (15/12/2023).
Model debat ala town hall menurutnya bisa menjadi kesempatan para capres-cawapres untuk membicarakan gagasan masing-masing dengan pertanyaan yang diajukan, contohnya pertanyaan dari ahli.
“Mungkin ini bisa menjadi bahan masukan siapa tahu masih bisa mengubah untuk ke depannya. Menjadi bahan pertimbangan dari KPU sendiri bagaimana untuk adanya mungkin bisa bentuknya town hall, town hall meeting di mana para pakar atau perwakilan dari lintas generasi bisa menanyakan dan mendalami visi, misi, gagasan setiap paslon sendiri-sendiri,” jelasnya.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda