Tuturpedia.com – Tim medis di Pusat Medis Universitas Maryland mengumumkan bahwa mereka telah melakukan uji xenotransplantasi (jenis transplantasi dari hewan ke manusia) yang kedua kalinya pada Rabu (20/9/2023).
Dalam uji xenotransplantasi itu, mereka mentransplantasikan jantung dari babi hasil rekayasa genetika ke manusia.
Proses transplantasi memakan waktu delapan jam tanpa komplikasi.
Penerima organ dari uji transplantasi, yaitu pria veteran angkatan laut berusia 58 tahun bernama Lawrence Faucette.
Dia berhasil pulih dan mampu duduk di kursi, bernapas sendiri dengan jantung barunya, dan memompa tanpa bantuan alat pendukung usai xenotransplantasi.
“Satu-satunya harapan saya yang tersisa adalah menjalani jantung babi, xenotransplantasi,” kata Faucette saat sebelum operasinya, dikutip Tuturpedia.com dari situs resmi UMMS (25/9/2023).
“Dr. Griffith, dr. Mohiuddin dan seluruh staf mereka sungguh luar biasa, tetapi tidak ada yang tahu sejak saat ini. Setidaknya sekarang saya punya harapan, dan saya punya kesempatan,” lanjutnya.
Sang istri, Ann Faucette berharap dengan adanya prosedur ini bisa memiliki waktu lebih banyak untuk bersama suami tercinta.
“Kami tidak memiliki harapan selain berharap untuk lebih banyak waktu bersama. Itu bisa sesederhana duduk di teras depan dan minum kopi bersama.”
Faucette selaku penerima organ sebelumnya dirawat di University of Maryland Medical Center pada 15 September akibat mengalami penyakit jantung stadium akhir.
“Kami sekali lagi menawarkan pasien yang sekarat kesempatan untuk hidup lebih lama, dan kami sangat berterima kasih kepada Faucette atas keberanian dan kesediaannya untuk membantu memajukan pengetahuan kami di bidang ini,” kata dr. Bartley P. Griffith.
Mengapa Faucette tidak melakukan transplantasi jantung tradisional? Karena dia dianggap tidak memenuhi syarat untuk itu.
Selain itu, dia memiliki penyakit pembuluh darah perifer dan sudah komplikasi pendarahan internal.
Dilansir dari statnews.com, selama 48 jam pertama Faucette bertahan tanpa tanda-tanda penolakan transplantasi kronis.
Dokter tetap memantau dengan saksama untuk mencari tahu apakah ada tanda-tanda aktivitas jantung yang tidak normal, adanya infeksi, atau penolakan pada tubuh Faucette terhadap toleransi organ yang ditransplantasikan.
“Setiap hari kami menganggapnya sebagai sebuah kemenangan,” ujar Muhammad Mohiuddin, pemimpin program xenotransplantasi jantung di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland.
Meski begitu, dia mengatakan dalam beberapa minggu ke depan bisa terjadi masa kritis.
Karena berkaca dengan prosedur pada 2022 yang pernah dilakukan oleh pasien pertama, David Bennett berusia 57 tahun.
Selama 40 hari usai xenotransplantasi, Bennett mampu bertahan dalam beberapa waktu, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia.
Kembali ke Faucette, dikatakan bahwa jantung yang diterima oleh Faucette dan Bennett merupakan rekayasa genetika dari hewan babi dengan 10 perubahan pada DNA mereka untuk membuat organ mereka lebih cocok di dalam tubuh manusia, termasuk menonaktifkan gen pertumbuhan agar jantung babi tidak akan berkembang setelah transplantasi.
Sebagai informasi, babi-babi tersebut diciptakan oleh Revivicor, yaitu sebuah perusahaan bioteknologi yang dipisahkan pada 2003 dari PPL Therapeutics.
Lalu pada 2011, Revivicor diakuisisi oleh United Therapeutics, sebuah perusahaan farmasi yang didirikan dan dipimpin oleh penggemar xenotransplantasi, Martine Rothblatt.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda