Tuturpedia.com – Parlemen Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Selasa menghapus produk Coca-Cola dan Nestle dari menu seluruh restoran.
Hal ini dilatarbelakangi oleh dugaan dukungan kedua perusahaan tersebut terhadap Israel dalam perang yang sedang berlangsung dengan pejuang Hamas.
Pernyataan parlemen Turki berbunyi, “Diputuskan bahwa produk perusahaan yang mendukung Israel tidak akan dijual di restoran, kafetaria, dan kedai teh di kampus parlemen.”
Dikutip dari laman Livemint, Jumat (10/11/23) Ketua Parlemen Numan Kurtulmus mengambil keputusan tersebut tanpa mengidentifikasi perusahaan-perusahaan tersebut.
Seseorang yang mengetahui perkembangan pemboikotan ini mengatakan bahwa minuman Coca-Cola dan kopi instan Nestle adalah satu-satunya merek yang dihapus, keputusan ini diambil karena permintaan masyarakat.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Juru bicara Numan Kurtulmus mengambil keputusan tersebut, untuk “mendukung kepekaan masyarakat mengenai pemboikotan produk-produk perusahaan yang secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap kejahatan perang (dan) pembunuhan orang-orang tak berdosa yang dilakukan Israel di Gaza.”
Baik pernyataan parlemen maupun sumber tidak merinci bagaimana Coca-Cola dan Nestle mendukung upaya perang Israel.
Bulan lalu Nestle mengatakan pihaknya menutup sementara salah satu pabrik produksinya di Israel sebagai “tindakan pencegahan”, dan menjadi produk konsumen raksasa pertama yang mengumumkan tanggapan terhadap perang tersebut.
Aktivis Turki dalam beberapa hari terakhir juga menyebut kedua perusahaan tersebut dalam postingan media sosial dalam menyerukan pemboikotan terhadap barang-barang Israel dan perusahaan-perusahaan Barat yang mereka pandang mendukung Israel.
Selain itu, perdagangan antara Turki dan Israel telah turun setengahnya sejak dimulainya perang.
Penurunan tersebut terlihat jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut menteri perdagangan Turki.
Turki mengatakan pihaknya telah memanggil duta besarnya untuk Israel untuk berkonsultasi mengenai pemboman berkelanjutan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza dan memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Bulan lalu, diplomat Israel meninggalkan Turki karena alasan keamanan setelah banyak demonstrasi pro-Palestina meletus di seluruh negeri.
Kementerian Luar Negerinya kemudian menyatakan telah memanggil kembali para diplomat tersebut untuk menilai keadaan hubungan bilateral.
Langkah parlemen Turki ini merupakan langkah pertama yang dilakukan pemerintah atau organisasi besar yang menargetkan merek-merek besar global setelah perang selama sebulan antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Bukan hanya di Turki, di tempat lain seperti Barcelona menolak untuk memuat dan membongkar material militer apa pun di tengah perang di Gaza, sementara serikat pekerja transportasi Belgia menolak menangani peralatan militer yang dikirim ke Israel.
Hingga saat ini, serangan Israel terhadap Palestina masih belum mereda. Ada sebanyak 1.400 warga Israel tewas dan 240 dalam penyanderaan.
Sementara itu, pejabat kesehatan di Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, termasuk sekitar 4.100 anak-anak.
Selama sebulan terakhir, Presiden Turki Tayyip Erdogan dan pemerintahannya mengkritik tajam serangan Israel di Gaza dan dukungan Barat terhadap Yerusalem.
Ratusan ribu warga Turki juga turun ke jalan untuk memprotes operasi Israel di Gaza selama sebulan terakhir.
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda