Tuturpedia.com – Di hari Kamis (7/11/2024), Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump diketahui menghubungi Presiden Rusia, Vladimir Putin secara langsung untuk membahas beberapa kepentingan dua negara tersebut.
Salah satu hal yang dibahas pada panggilan telepon tersebut adalah perang yang masih terjadi antara Ukraina dan Rusia.
Presiden terpilih AS menyarankan Putin untuk tidak meningkatkan perang di Ukraina dan mengingatkannya tentang kehadiran militer Washington yang cukup besar di Eropa. Ia juga menyatakan minatnya untuk membahas penyelesaian perang Ukraina tersebut sesegera mungkin.
Upaya Trump dalam mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia merupakan salah satu janji kampanyenya.
Dikutip dari laman The Guardians, Rabu (13/11/2024), selama kampanye pemilu, Trump mengatakan ia akan menemukan solusi untuk mengakhiri perang “dalam waktu satu hari”, tetapi tidak menjelaskan bagaimana ia akan melakukannya.
“Presiden Trump memenangkan pemilihan bersejarah dengan meyakinkan dan para pemimpin dari seluruh dunia tahu bahwa Amerika akan kembali menonjol di panggung dunia. Itulah sebabnya para pemimpin telah memulai proses pengembangan hubungan yang lebih kuat dengan presiden ke-45 dan ke-47 karena ia mewakili perdamaian dan stabilitas global,” ujar Juru Bicara Trump, Steven Cheung.
Kremlin Membantah Trump-Putin Lakukan Panggilan Suara
Kremlin dengan tegas membantah laporan bahwa Trump dan Putin mengadakan panggilan telepon pada hari Kamis (7/11/2024), di mana Trump mendesak Putin untuk tidak meningkatkan perang di Ukraina.
“Tidak ada pembicaraan,” kata Sekretaris Pers Putin, Dimitry Peskov, pada Senin (11/11/2024), dilansir dari Euronews.
“Ini adalah contoh paling jelas tentang kualitas informasi yang kini diterbitkan, bahkan terkadang dalam publikasi yang cukup disegani. Itu sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan,” lanjut Peskov.
Hubungan Trump dan Putin terkenal ramah pada awalnya. Saat terpilih pada tahun 2016, Moskow berharap Trump akan mencabut sanksi terhadap negara tersebut.
Namun, semenjak itu, Putin telah berulang kali mencatat bahwa selama masa jabatan pertama Trump, Rusia malah mendapatkan sanksi terberat dari Amerika.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah