Indeks
Opini  

Treatment Horor Kreatif Teror Hantu Poli Gigi dalam Film Lembayung, Karya Debut Baim Wong

Film Lembayung. Foto: IMDb
Film Lembayung. Foto: IMDb

Tuturpedia.comFilm horor Lembayung telah tayang di bioskop sejak Kamis (19/9/2024) lalu. Film ini merupakan adaptasi dari thread viral di akun media sosial X @saturnrushx dengan judul “Diganggu Jin Poli Gigi”.

Lembayung menjadi debut penyutradaraan Baim Wong bersama Rumah Produksinya Tiger Wong Entertainment. Dalam proyek yang cukup ambisius ini, ia menggandeng aktor dan aktris ternama seperti Yasamin Jasem, Taskya Namya, Arya Saloka, Oka Antara, Asri Welas, Ence Bagus, Erick Estrada hingga Anna Jobling, aktris berkewarganegaraan Malaysia.

Sinopsis Film Lembayung

Poster film Lembayung. Foto: IMDb

Film ini berkisah tentang sebuah klinik bernama Lembayung yang baru saja dibuka kembali setelah lama ditutup. Kabarnya, klinik ini ditutup karena seorang dokter pernah bunuh diri di sana beberapa tahun sebelumnya.

Di awal re-opening klinik ini, ada dua mahasiswi keperawatan, yakni Pica (Taskya Namya) dan Arum (Yasmin Jasem), yang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Klinik Lembayung.

Suatu malam, ketika Pica dan Arum sedang bertugas, mereka dikejutkan dengan kehadiran seorang pasien perempuan misterius dengan rambut panjang datang ke poli gigi.

Kehadiran pasien misterius tersebut membuat Pica dan Arum ketakutan. Pasien tersebut bahkan mulai menghantui mereka, hingga terbawa ke dalam mimpi Arum.

Seiring dengan teror yang mereka dapat, peristiwa janggal juga mulai terjadi, termasuk rentetan kematian demi kematian petugas klinik Lembayung.

Dalam formula directing, Baim Wong cukup patut diapresiasi terutama terkait treatment-treatment kreatif yang jarang diterapkan pada film horor Indonesia umumnya.

Hal ini besar kemungkinan disebabkan oleh posisi dan kepemilikan Baim Wong di rumah produksi Tiger Wong Management yang membuatnya lebih leluasa dalam upaya eksplorasi ide dan treatment kreatif film ini.

Beberapa Treatment Kreatif dalam Film Lembayung (Spoiler)

Formula Template Film

Scene film Lembayung. Foto: IMDb.

Kita semua tentunya paham bahwa mengembangkan thread menjadi sebuah film perlu usaha eksplorasi yang mendalam.

Di sinilah kecermatan Baim Wong dapat dilihat, alih-alih menggunakan formula film dengan jalan cerita yang linier, Baim menggunakan formula cut to cut dengan memanfaatkan pola set up dan flashback yang mirip dengan teknik film False Alarm.

Hal ini menimbulkan hasil berupa plot-twist beruntun yang tentunya menarik untuk ditonton.

Yang menjadi catatan, mungkin karena Baim merasa sudah menemukan formula film yang cocok, pola cut to cut itu terus digunakan sehingga walaupun terkesan unik tapi tetap terasa repetitif.

Treatment Kreatif

Scene film Lembayung. Foto: IMDb.

Baim Wong juga tak ragu-ragu memakai treatment kreatif dalam directing, sebut saja upayanya untuk memasukkan rekaman suara asli penulis thread di opening film yang didukung dengan kamera movement dan scene long take yang atmosferik.

Lebih lanjut, Baim juga memanfaatkan musik skoring yang kreatif untuk memicu intensitas cerita. Sebagai contoh, Baim Wong menggunakan lagu Lelo Ledung karya Waldjinah yang entah mengapa dapat di-treatment menjadi creepy.

Ada pula lagu Sabda Alam karya Ismail Marzuki pada tahun 1956 yang di-cover oleh seorang nenek berusia 90 tahun bernama Mbah Pujarti yang viral di media sosial TikTok.

Mbah Pujarti digaet Baim Wong untuk terlibat dalam project film Lembayung dan mengisi soundtrack. Versi lagu Sabda Alam yang dilantunkan Mbah Pujarti ini sukses memberikan nuansa yang menyeramkan, melengkapi atmosfer horor film Lembayung.

Kemudian, ada pula treatment saat Baim Wong mencoba memanfaatkan skoring musik saat adegan kematian salah satu karakter di film Lembayung. Alih-alih memakai skoring mencekam, ia lebih memilih menggunakan musik latar belakang sound Basuri/Telolet Bus. Kedengarannya memang konyol, tetapi hal ini menimbulkan kesan creepy dan memantik ketakutan yang terasa unik.

Niat Penggalian Latar Belakang

Scene film Lembayung. Foto: IMDb.

Yang jarang luput oleh kebanyakan sutradara adalah menceritakan latar belakang karakter dalam film.

Baim Wong cukup jeli dalam usaha penggalian back story karakter. Sebagaimana dijelaskan soal treatment kreatif Baim, back story karakter di film Lembayung diceritakan dengan pola flashback dalam momen-momen yang tepat.

Hal ini membuat karakter-karakter di film Lembayung menjadi kuat. Terutama chemistry Taskya Namya dan Yasmin Jasem yang sukses menakhodai jalan cerita film.

Kaya Referensi

Hal lain yang patut diapresiasi lagi di film Lembayung adalah penggunaan referensi film yang luas, hal ini menunjukkan bahwa Baim Wong adalah sutradara yang juga seorang sinefili/pengamat film.

Beberapa referensi yang dipakai berdasarkan yang saya lihat, di antaranya adalah senyum karakter ‘hantu’ di film Lembayung yang mengingatkan dengan film horor kreatif, Smile karya sutradara Parker Finn.

Ada pula beberapa treatment jumpscare di film Lembayung yang menjadi trirbute untuk film horor legendaris seperti Scream karya Wes Craven dan The Conjuring karya James Wann.

Ada satu lagi pola kreatif yang dipakai Baim Wong, namun untuk pola ini baru di tahap spekulasi saya pribadi, yakni kehadiran Paula Verhoeven dan Kiano Tiger Wong sebagai cameo di film Lembayung.

Hal ini memantik kecurigaan dalam diri saya, apa jangan-jangan di project-project Tiger Wong Management selanjutnya, Paula dan Kiano juga akan dihadirkan terus sebagai cameo sehingga menimbulkan kesan Paula dan Kiano memiliki peran yang sama seperti Stan Lee di Marvel Cinematic Universe.

Kritik Sosial

Ini menjadi poin favorit saya, sebab menurut hemat saya, film yang baik bukan hanya yang sekadar memberi tontonan tapi juga memberi tuntunan bagi penontonnya.

Di film Lembayung, tampak sekali Baim Wong mencoba menyampaikan kritik sosial dan keberpihakannya pada korban kekerasan/pelecehan seksual di dunia kerja. Hal yang dewasa ini kerap terjadi di sekitar kita.

Alih-alih menghakimi, Baim juga menunjukkan pendapatnya tentang pelecehan seksual melalui media film. Walaupun mungkin, pendapat Baim ini mungkin tidak dapat disetujui oleh beberapa kalangan.

Selain itu, Baim juga jeli memberikan disclaimer bahwa film Lembayung dapat memicu trauma bagi penonton, hal ini mungkin terlihat sepele, namun disclaimer menjadi penting sebagai upaya preventif untuk mencegah trauma.

Kritik dan Saran

Niat baik Baim Wong dalam treatment kreatif film Lembayung memang patut diapresiasi, namun ada beberapa catatan khusus yang perlu Baim perhatikan.

Yang paling kentara tentunya adalah penulisan cerita dan maksimalisasi scene yang ditayangkan.

Terkait treatment kreatif yang sudah saya tulis di beberapa poin di atas memang patut diapresiasi, namun di beberapa titik, treatment kreatif ini menjadi bumerang bagi Baim Wong karena menimbulkan efek panjangnya durasi karena film didominasi beberapa scene sub-plot yang ‘agak’ kurang berguna.

Hal lain yang cukup mengganggu adalah penggambaran sosok hantu yang tidak konsisten sehingga membuat karakter hantu di film Lembayung menjadi tidak memorable.

Overall, film Lembayung memang bukan film yang masterpiece dan ‘sekeren itu’, namun lagi-lagi saya sampaikan bahwa Lembayung sebagai hasil debut penyutradaraan Baim Wong dalam upayanya memperkenalkan treatment-treatment kreatif dalam film patut diapresiasi.***

Penulis: Rizal Akbar

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version