Indeks

Tragis! Banjir di Libya Menelan Korban Hingga 2000 Jiwa dan 5000 Orang Hilang

Banjir di Libya telah menewaskan ribuan orang. FOTO: YouTube Reuters
Banjir di Libya telah menewaskan ribuan orang. FOTO: YouTube Reuters

Tuturpedia.com – Pihak berwenang di wilayah timur Libya mengumumkan bahwa lebih dari 2.000 orang telah kehilangan nyawa mereka.

Ribuan lainnya dilaporkan hilang setelah banjir besar melanda kota Derna sebagai akibat dari badai besar dan curah hujan yang signifikan. 

Dilansir Tuturpedia.com dari laman Reuters pada Selasa (12/9/2023), Ahmed Mismari, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) yang menguasai wilayah tersebut, mengungkapkan dalam konferensi pers yang ditayangkan di televisi bahwa bencana tersebut terjadi setelah bendungan di atas Derna runtuh dan menghanyutkan seluruh lingkungan bersama penduduknya ke laut.

Mismari juga mencatat bahwa jumlah orang yang hilang dilaporkan mencapai 5.000-6.000 orang. 

Sebelumnya pada senin, (11/9/2023), kepala kelompok bantuan Bulan Sabit Merah di wilayah tersebut menyatakan bahwa korban tewas di Derna sebelumnya mencapai 150 orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 250 orang.

Libya, yang telah terpecah secara politik antara wilayah timur dan barat, telah mengalami kerusakan layanan publik yang parah sejak pemberontakan yang didukung oleh NATO pada 2011 yang memicu konflik berkepanjangan. 

Pemerintahan yang diakui secara internasional berbasis di Tripoli dan tidak memiliki kendali atas wilayah timur.

Dewan Kepresidenan yang terdiri dari tiga anggota dan berperan sebagai kepala negara dalam negara yang terpecah tersebut telah meminta bantuan dari komunitas internasional. 

“Kami memanggil negara-negara sahabat dan organisasi internasional untuk memberikan bantuan,” kata mereka.

Osama Hamad, yang memimpin pemerintahan wilayah timur, melaporkan bahwa lebih dari 2.000 orang telah tewas dan ribuan lainnya dilaporkan hilang.

Badai Daniel, setelah menghantam Yunani minggu lalu, menyapu wilayah Mediterania pada hari Minggu, mengakibatkan banjir di Derna, merusak jalan dan bangunan, dan juga menghantam pemukiman lain di sepanjang pantai, termasuk Benghazi di Libya. 

Video yang direkam di Derna menunjukkan aliran air deras yang melanda pusat kota, merusak bangunan-bangunan di kedua sisi jalan.

Warga Derna, seperti Saleh al-Obaidi, mengungkapkan bahwa mereka harus melarikan diri bersama keluarga mereka karena rumah-rumah mereka terendam air. 

Orang-orang terbangun dengan menemukan rumah mereka dikelilingi oleh air.

Saksi mata melaporkan bahwa ketinggian air mencapai 3 meter. 

Di sebelah barat Derna, gambaran menunjukkan jalan yang hancur antara kota pelabuhan Sousse dan Shahat, yang juga merupakan rumah bagi situs arkeologi Cyrene yang diwarisi dari era Yunani dan masuk dalam daftar situs warisan UNESCO.

Parlemen Libya yang berbasis di wilayah timur telah mengumumkan tiga hari berkabung.

Sementara perdana menteri pemerintahan sementara di Tripoli, Abdulhamid al-Dbeibah, juga mengumumkan tiga hari berkabung di semua kota yang terkena dampak dan menggolongkannya sebagai “daerah bencana.” 

Selain itu, empat pelabuhan minyak utama Libya, yaitu Ras Lanuf, Zueitina, Brega, dan Es Sidra, telah ditutup selama tiga hari sejak Sabtu malam.

Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, sementara pihak berwenang telah mengumumkan status darurat ekstrem, termasuk penutupan sekolah dan toko serta pemberlakuan jam malam.

Pemerintah sementara di Tripoli telah memerintahkan semua lembaga negara untuk segera merespons kerusakan dan banjir di kota-kota di wilayah timur, meskipun mereka tidak memiliki kendali atas wilayah tersebut. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Libya juga telah menyatakan bahwa mereka terus memantau situasi badai ini dan akan memberikan bantuan darurat untuk mendukung upaya respons di tingkat lokal dan nasional.***

Penulis: Muhamad Rifki

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version