Tuturpedia.com – Masyarakat Semarang menjalani tradisi Kungkum pada malam 1 Suro di kawasan sungai Tugu Soeharto, Rabu (19/7/2023) dini hari.
Tradisi Kungkum merupakan tradisi pulahn tahun yang dilakukan masyarakat setempat pada malam 1 Suro atau 1 Muharram.
Kungkum, yang merupakan tradisi di malam pergantian Tahun Baru Islam ini, dalam istilah Bahasa Jawa punya arti berendam.
Tradisi malam 1 Suro tersebut, berlangsung, Jalan Tugu Suharto, Kelurahan Bendan Duwur, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Menurut penuturan seorang sesepuh Bendan Duwur, Sukarno (74), di malam Satu Suro, sejumlah masyarakat setempat melakukan kegiatan Mandi Jamas.
Mandi Jamas diikuti warga, dari anak-anak hinga dewasa dengan turun dan berendam di sungai selayaknya orang mandi di sungai.
“Yang Mandi Jamas ya orangnya. Benda pusakanya, keris, tombak, dan lain-lain, juga dimandikan Jamas di rumah,” tuturnya kepada
tuturpedia.com, Selasa (18/7/2023) malam.
Adapun para sesepuh, sambungnya, memandikan benda pusaka di rumah masing-masing.
Sebelum memandikan pusaka tersebut, mereka terlebih dahulu melakukan pembersihan badan dan puasa.
“Jadi, beliau yang punya keris atau tombak, sebelumnya sudah puasa dan membersihkan badan. Terus di rumah tinggal nyuci, dikasihin
wangi-wangian sama kembang,” ujarnya.
Pelaksanaan Mandi Jamas ini dimulai pas pada saat malam pergantian malam 1 Suro, yakni pukul 00.00 WIB.
Sejumlah warga berendam di lokasi pertemuan dua sungai antara Kali (sungai) Kreo dan Kali Garang.
“(Pelaksanaan mandi) jam dua belas persis bagi yang sudah siap. Kalo belum siap, ya lengser sedikit ndak apa-apa,” ucap Sukarno.
Menurutnya, tradisi Mandi Jamas ini memiliki arti dan tujuan membersihkan badan pada awal tahun Jawa.
Di hari peringatan awal tahun Jawa ini, mayoritas orang Jawa melakukan bersih-bersih.
“Mandi Jamas ini istilah Jawa-nya, adus keramas membersihkan badan, biar bersih. Berhubung ini kan menjelang Tahun Baru Jawa, Suro. Nah,
orang-orang Jawa kebanyakan memperingati itu,” jelasnya.
Berharap Berkah
Selain untuk tirakat, orang yang berendam di sini juga ada yang mengharapkan berkah.
Biasanya, berdasarkan kepercayaan setempat, yang sedang memiliki masalah atau sedang ujian akan melakukan kungkum.
Pada kesempatan yang sama, Ketua RW 4, Ahmad Fauzi (43) menjelaskan, pelaksanaan kungkum di sungai ini tidak hanya pada malam 1 Suro
saja. Namun, setiap malam Jumat pun banyak yang kungkum di sini.
“Kalau mandi setiap malam Jumat ada. Orang besar-besar banyak yang kungkum di sini. Termasuk pak Kapolsek Gajahmungkur pernah kungkum di
sini,” ucapnya.
Toto (15), warga yang menjalani tradisi Mandi Jamas, mengakui salah satu dari dua aliran sungai terasa hangat.
“Aliran dari Kali Garang agak hangat, yang dari sebelah sini (Kali Kreo) dingin,” tuturnya.
Ia melakukan tradisi ini guna membersihkan badan dan pusaka yang ia miliki di rumah.
“Saya pribadi bertujuan buat bersihin badan sama buat bersihin barang-barang di rumah,” katanya.
Ia merasa lebih segar setelah melakukan kungkum di sungai Tugu Suharto, selama beberapa menit.
“Setelah mandi terasa pusing kepala dan dingin. Tapi, jadi lebih
seger,” ujarnya.***
Kontributor Jakarta: Al-Afgani Hidayat
Editor: Al-Afgani Hidayat