Tuturpedia.com – Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati pada Jumat (1/11/2024), mengkritik “perluasan” serangan Israel terhadap negaranya, dengan mengatakan bahwa hal itu menunjukkan penolakan terhadap upaya untuk menengahi gencatan senjata setelah lebih dari sebulan perang.
Pernyataan Mikati muncul sehari setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bertemu dengan pejabat Amerika Serikat (AS) yang berkunjung untuk membahas kemungkinan kesepakatan untuk mengakhiri perang di Lebanon.
“Perluasan cakupan agresi musuh Israel terhadap wilayah Lebanon, ancaman berulang-ulang kepada penduduk untuk mengungsi dari seluruh kota dan desa dan penargetan ulang wilayah pinggiran selatan Beirut dengan serangan-serangan yang merusak, semuanya merupakan indikator yang mengonfirmasi penolakan musuh Israel terhadap semua upaya yang dilakukan untuk mengamankan gencatan senjata,” kata Mikati, dikutip Tuturpedia pada Senin (4/11/2024).
Perdana Menteri Lebanon menambahkan bahwa perilaku diplomatik Israel menunjukkan negara itu secara tidak langsung telah menolak gencatan senjata.
“Pernyataan Israel dan sinyal diplomatik yang diterima Lebanon mengonfirmasi kekeraskepalaan Israel dalam menolak solusi yang diusulkan dan bersikeras pada pendekatan pembunuhan dan penghancuran,” ucap Mikati.
Sejak pertempuran, Kementerian Kesehatan di Lebanon mencatat ada peningkatan korban jiwa pada Senin, 23 September 2024. Perang antara Israel dan Lebanon telah menewaskan sedikitnya 1.829 orang warga sipil dan tentara.
Israel Tanggapi Permintaan Gencatan Senjata dengan Cara Lain
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu diketahui telah bertemu dengan pejabat AS untuk membahas kemungkinan kesepakatan guna mengakhiri perang di Lebanon.
Pada hari Kamis (31/10/24), Netanyahu mengatakan kepada utusan AS Amos Hochstein dan Brett McGurk bahwa kesepakatan apa pun untuk gencatan senjata dengan Hizbullah harus menjamin keamanan jangka panjang Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang juga bertemu dengan pejabat Amerika, menekankan “pengaturan keamanan” yang terkait dengan Lebanon harus diikuti dengan upaya untuk pengembalian sekitar 100 tawanan yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah