Tuturpedia.com – TNI dan Polri telah mempersiapkan personel untuk mengamankan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan atau Archipelagic and Island States (AIS) Forum yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center pada 10-11 Oktober 2023.
Dikutip Tuturpedia.com dari TBNews (8/10/2023), sebanyak 13.290 prajurit TNI yang terdiri dari gabungan tiga matra angkatan dan 4.286 personel Polri dikerahkan untuk melakukan pengamanan dalam jalannya KTT AIS Forum 2023.
“Kami persiapan betul pengamanannya agar KTT berjalan lancar sebagaimana kita punya pengalaman KTT G20, KTT ASEAN di Labuan Bajo, dan Jakarta. Kami sudah merencanakan pengamanan KTT AIS ini mengacu keberhasilan pengamanan KTT G20 dan KTT ASEAN lalu,” ucap Brigjen Pol Waris Agono, Kasatgas Tindak Operasi Tribrata Agung 2023.
Pengertian AIS Forum 2023
Dikutip dari laman resmi AIS Forum, AIS Forum adalah platform yang dirancang dengan melibatkan 51 negara kepulauan dan kepulauan di seluruh dunia untuk menangani isu-isu pembangunan berkelanjutan.
Apa tujuan dari AIS Forum? Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan penelitian bagi akademisi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara AIS.
Program ini akan mempertemukan para peneliti dari latar belakang yang berbeda dalam mencari solusi terhadap tantangan iklim, lingkungan, dan sosial ekonomi negara-negara AIS.
Nantinya, 51 kepala negara dan pemerintahan dari negara-negara AIS akan berkumpul di KTT AIS Forum 2023 untuk membicarakan tiga bidang utama seperti ekonomi biru dalam mencapai agenda 2030 pada SDGs (Sustainable Development Goals), laut, dan solidaritas.
Optimalkan Ekonomi Biru
Dilansir dari situs resmi Kominfo, Abdul Wahib Situmorang selaku Penasihat Senior Tata Kelola Iklim United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia mengatakan bahwa AIS Forum ini cukup unik, karena mengedepankan kerja sama satu sama lain untuk menyelesaikan masalah laut.
“Cara bergerak AIS Forum cukup unik, kita mendorong saling bantu satu sama lain atau gotong royong dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh laut, dan mengoptimalkan peluang ekonomi biru secara berkelanjutan,” ujar Abdul Wahib Situmorang.
Sebelumnya, AIS Forum sudah berdiri sejak Deklarasi Manado pada 1 November 2018 dalam pertemuan perwakilan dari 21 negara.
Setelah itu, AIS semakin berkembang dan meminta untuk bekerja sama ke area lain.
“Negara-negara partisipan antusias dengan apa yang kita lakukan, dan mereka minta kolaborasi ini bisa dilakukan juga pada isu-isu lain. Banyak sekali tantangan yang dianggap sebagai common challenges, seperti IUU fishing, ocean acidification, food security, penurunan kualitas ekosistem, dan keanekaragaman hayati laut, dan sebagainya,” kata Abdul Wahib Situmorang.
Adapun IUU fishing sendiri merupakan singkatan dari Illegal, Unreported and Unregulated. Yang berarti, IUU fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan, dan tentu saja melanggar aturan penangkapan ikan nasional dan internasional.
Sedangkan ocean acidification adalah pengasaman laut, yang bisa memberikan dampak buruk kepada organisme laut. Salah satunya ialah mengurangi pertumbuhan spesies laut larva, termasuk ikan komersial dan kerang.
Lalu food security, yang artinya adalah ketahanan pangan. Dikutip dari World Economic Forum, dikatakan bahwa makanan laut telah menyediakan sekitar 20% asupan protein hewani harian untuk 3,1 miliar orang.
Hal ini sangat penting bagi masyarakat miskin di dunia, ikan menjadi hewan dan sumber penting bagi manusia yang mudah dicerna.
Menurut Organisasi Pangan dan Dunia (FAO), ikan berprotein penting, terlebih lagi untuk beberapa negara yang berpenduduk padat.
Sementara itu, sebanyak 7 hotel di Nusa Dua, Bali sudah disiapkan untuk menyambut KTT AIS Forum 2023.
Letaknya berada di kawasan pariwisata komplek Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan sekitarnya.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda