Tuturpedia.com – Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya sedang meninjau tanggapan Ham*s terhadap proposal gencatan senjata di Gaza.
Namun, hingga saat ini Amerika Serikat menolak memberikan rincian apapun mengenai kesepakatan tersebut atau apapun yang telah disetujui oleh kelompok Palestina.
Meskipun begitu, mereka menegaskan kembali bahwa pembebasan tawanan Israel di Gaza tetap menjadi prioritas utama AS.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (7/5/24) Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mendorong gencatan senjata sementara selama berbulan-bulan.
Menurut AS perjanjian semacam itu akan membuat tawanan Israel keluar dari Gaza, memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke wilayah tersebut, dan memberikan peluang bagi solusi jangka panjang terhadap perang tersebut.
Sebelumnya, pada Senin (7/5/24) Ham*s telah mengumumkan bahwa mereka telah memberi tahu mediator Mesir dan Qatar tentang persetujuannya terhadap kesepakatan yang diusulkan oleh kedua negara.
Kesepakatan yang juga disebut proposal gencatan senjata ini akan melalui tiga tahapan dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Namun, persetujuan Ham*s terhadap kesepakatan tersebut tak sejalan dengan keinginan Israel. Diketahui Israel menolak kesepakatan tersebut karena tidak memenuhi apa yang diinginkan Pemerintahan Israel.
Saat ini (7/5/24), Israel tengah kembali melakukan serangan di Rafah. Peningkatan pengeboman terhadap kota tersebut juga diikuti dengan perintah militan Israel kepada sekitar 100.000 orang di Rafah timur untuk mengungsi.
Serangan ini kembali menimbulkan kontroversi di seluruh dunia karena semakin banyaknya demonstran yang menyerukan anti-genosida saat ini.
Bahkan, Biden juga melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin dan menekankan penolakan AS terhadap serangan darat di Rafah.
Atas adanya peningkatan invasi di Rafah, Amerika Serikat telah menunda penjualan ribuan senjata berpemandu presisi kepada Israel di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza. Washington diperkirakan akan menjual 6.500 sistem JDAM (bom berpemandu) kepada Israel.
Selain itu, Matthew Miller, selaku Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS juga mengatakan operasi militer tersebut akan mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan yang sedang berlangsung ke Gaza.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda