banner 728x250

Tim Prabowo-Gibran Bantah Makan Bergizi Gratis Jadi Rp7.500: Masih Uji Coba

Tim gugus tugas sinkronisasi Prabowo-Gibran tanggapi isu soal makan bergizi gratis. Foto: instagram.com/Prabowo
Tim gugus tugas sinkronisasi Prabowo-Gibran tanggapi isu soal makan bergizi gratis. Foto: instagram.com/Prabowo
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Bidang Komunikasi, Hasan Nasbi menepis isu miring soal pemangkasan anggaran makan bergizi gratis dari Rp15.000 menjadi Rp7.500 per anak. 

Hasan menegaskan, sampai saat ini yang disepakati adalah alokasi untuk anggaran makan bergizi gratis tahun 2025, yaitu sebesar Rp71 triliun dan bukan pembahasan anggaran per porsi tiap anak.

“Sampai hari ini yang dapat kita ambil kesimpulan adalah alokasi untuk anggaran makan bergizi gratis tahun 2025, besarannya adalah Rp71 triliun. Sementara yang lainnya masih dalam proses,” ujar Hasan di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jumat (19/7/2024).

Dia menambahkan, program makan bergizi gratis bertujuan untuk mencukupi kecukupan gizi anak-anak di Indonesia.

“Sesuai pesan Pak Prabowo, program ini harus memenuhi syarat ketercukupan gizi, ini syarat pertama. Kedua, harus dioptimalkan jumlah penerima manfaatnya karena anggarannya Rp71 triliun. Jadi, harus kita optimalkan,” sambung Hasan.

Guna menjamin kualitas, kebutuhan gizi yang akan diberikan, katanya akan dipantau oleh ahli gizi. 

“Makannya kita bingung kenapa di luar ada pemberitaan soal angka, sementara kita sendiri belum punya angka. Kalau soal menu akan menyesuaikan bahan makanan yang tersedia di berbagai daerah. Jadi, tidak akan sama,” tutur dia.

Hasan juga menuturkan sejauh ini pihaknya masih melakukan riset dan uji coba atau pilot project terkait program makan bergizi gratis ini. Nantinya, hasil uji coba ini bakal menjadi landasan untuk mencapai kesimpulan mulai dari harga hingga menu makanan untuk tiap anak.

Lebih lanjut, Hasan menjelaskan saat ini riset program tersebut sudah mencapai uji coba yang dilakukan pada tingkat SD, SMP, SMA hingga ibu hamil. Bahkan, Hasan mengaku tingkat riset tersebut sudah mencapai level seluruh Indonesia.

“Saat ini tim pakar sedang melakukan pilot project, uji coba, ini evidence by riset. Jadi riset yang dikerjakan sekaligus. Dari sana kita akan mendapatkan finding spending. Apa saja temuannya, apa yang diperbaiki, apa yang harus diantisipasi dan pada akhirnya itu mendapatkan kesimpulan,” tandasnya.***

Penulis: Angghi Novita.

Editor: Annisaa Rahmah.