banner 728x250

Terungkap! dr Aulia Risma Lestari Diminta Pesan 80 Nasi Boks Setiap Hari dan Bayar Jurnal Senior 

Keluarga dari mahasiswa PPDS Aulia Risma Lestari laporkan kasus perundungan. Foto: x.com/adenaufal
Keluarga dari mahasiswa PPDS Aulia Risma Lestari laporkan kasus perundungan. Foto: x.com/adenaufal
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Fakta baru terungkap dalam kasus dugaan perundungan yang dialami oleh dr Aulia Risma Lestari (ARL), salah seorang dokter PPDS di Universitas Negeri Diponegoro (Undip) Semarang. 

Dikutip Tuturpedia.com, Sabtu (7/9/2024), dr Aulia Risma diduga kerap diminta untuk mengangkat galon. 

Tak hanya itu saja, dokter muda itu juga sering diminta untuk memesan 80 nasi boks saat mengikuti program PPDS anestesi, Fakultas Kedokteran di Undip. 

Perlakuan dari seniornya ini diungkapkan oleh pengacara almarhum dr Aulia Risma, Misyal Achmad, Jumat (6/9/2024). 

“Itu dilakuan setiap hari,” kata Misyal. 

Selain perundungan fisik, dokter yang berusia 30 tahun ini juga diminta untuk menyetor serta mengumpulkan uang yang nantinya akan digunakan untuk membayar  ghostwriter yang mengerjakan jurnal milik si seniornya. 

Misyal sendiri mengaku miris dengan perlakuan yang didapatkan oleh kliennya itu. 

“Sampai seperti itu. Jadi miris kita melihatnya,” imbuhnya.

Lebih miris lagi, korban juga dipaksa untuk kerja rodi di RSUP Kariadi mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB.

Beban kerja yang berat dan tak lazim ini bahkan membuat almarhum dokter satu ini kerap kali ngedrop dan jatuh sakit. 

 “Itu setiap hari hingga drop,” lanjutnya. 

Bahkan dr Aulia Risma juga dikabarkan pernah masuk ke selokan sehingga membuat saraf korban terjepit. Hal ini menyebabkan korban harus dioperasi sebanyak dua kali. 

“Dia dioperasi dua kali,” ujar Misyal.  

Misyal juga mengatakan jika sebelumnya, keluarga korban sempat mengeluhkan soal perlakuan senior kepada pihak kampus, namun pihak kampus tak memberikan tanggapan yang baik.

“Setiap mengeluh ibunya melaporkan beberapa kali. Mulai tahun 2022, namun tidak mendapat tanggapan yang baik. Hingga terjadi hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Saat ini, pihak keluarga ARL sudah melaporkan tindakan perundungan ini ke Polda Jawa Tengah. Sebelumnya diketahui bahwa dokter ARL ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024). 

Ia diduga bunuh diri dengan menyuntikkan sendiri obat penenang ke tubuhnya. Sementara itu, pihak Kemenkes pun membenarkan kemungkinan adanya perundungan.

Terbaru Budi Gunadi mengungkapkan korban mengalami perundungan baik secara fisik maupun mental, bahkan korban juga dimintai uang hingga adanya dugaan sexual harassment.***

Penulis: Niawati

Editor: Annisaa Rahmah