Jateng, Tuturpedia.com – Gerakan Sejuta Kotak Umat (GESEKU) di Kabupaten Blora Jawa Tengah, telah menjadi tonggak penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat lokal dan khususnya di sektor pertanian.
Betapa tidak, dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber energi dan pupuk organik, GESEKU berhasil menciptakan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan ekonomi lokal.
Melalui kolaborasi antara Dinas Pangan Pertanian Peternakan Perikanan (DP4) dan komunitas peternak, serta stakeholder yang ada, GESEKU telah mengubah limbah menjadi aset berharga yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun petani Blora secara berkelanjutan.
Kepala Dinas P4 Kabupaten Blora, Ngaliman sampaikan mengenai cara pembuatan GESEKU dengan terbuka memberikan penjelasan.
“Ketika nanti atau teman-teman peternak itu nimpal, nimpal langsung di buang ke kotak (yang dibuat di dekat kandang) tadi. Menimpal dibuang ke kotak kemudian setelah 20 cm, maka disemprot dengan probiotik tadi yang kita bantukan,” ucapnya.
“Kemudian setelah itu nimpal lagi di tempat itu lagi, 20 cm lagi, disemprot lagi kemudian sampai seperti itu terus di ulang-ulang, sampai penuh, setelah penuh kemudian di tutup, terus ditunggu satu bulan,” lanjutnya.
Oleh karena prosesnya yang memakan waktu hingga sebulan, setiap peternak lebih baik membuat minimal dua kotak di dekat kandang agar
“Sehingga nanti ketika ini sudah penuh ditutup kan beristirahat supaya satu bulan biar jadi kan yang paling atas tadi, otomatis yang bawah nanti sudah jadi. Terus selanjutnya, itu ganti kotak yang satu, lha satu nimpal situ lagi, seperti tadi lagi, dan sangat mudah sekali,” terangnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga mengatakan bahwa jika masyarakat, petani, dan peternak mengalmi kendala maupun kesulitan dalam pembuatan GESEKU, bisa langsung konsultasi ke penyuluh yang sudah mahir di desa, kemudian kecamatan maupun langsung di DP4 Blora.
“Jadi, ketika nanti ada anggaran Dana Desa di masing-masing desa membutuhkan tenaga ahli atau trainer, itu penyuluh di lapangan sudah ahli. Sudah kita training terus,” ungkapnya.
Langkah berikutnya, pihak DP4 Kabupaten Blora akan fokus untuk pembuatan pupuk kandang sendiri. Meski tidak menutup kemungkinan bagi kelompok yang sudah eksis bisa menjual pupuk yang sudah jadi.
“Utamanya adalah untuk lahan kita sendiri sesuai apa yang disampaikan Bupati Blora, yang berkehendak atau memiliki mimpi bahwa Blora menjadi kabupaten organik. Lha kita harus mulainya dari yang terkecil itu dan ini sudah ada buktinya,” katanya.
Terakhir, dirinya berharap kepada masyarakat untuk menerima dalam memberikan penyuluhan berkaitan dengan pupuk organik ini.
“Karena pada intinya, adalah semua ini keuntungannya adalah di petani dan peternak maupun masyarakat. Sehingga nanti selain bisa meningkatkan produksinya itu, para petani bisa mengurangi biaya produksi, sehingga saya berharap kepada petani mari kita maju bersama DP4 agar pendapatan petani bisa lebih meningkat,” bebernya.
Maka dari itu, GESEKU merupakan inisiasi dalam hal pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami.
Nutrisi yang terkandung dalam kotoran ternak dapat membantu tanaman tumbuh dengan baik tanpa merusak lingkungan sekitar. Hal ini juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berpotensi merusak ekosistem pertanian.
Selain itu, dengan memanfaatkan kotoran ternak, petani di Blora dapat mengurangi biaya produksi pertanian. Pupuk organik dari kotoran ternak cenderung lebih terjangkau dan mudah didapatkan dibandingkan dengan pupuk kimia. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan.
Melalui GESEKU, masyarakat Blora diajak untuk turut serta dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan kotoran ternak.
Dengan kesadaran akan pentingnya praktik pertanian yang ramah lingkungan, Blora dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan.
Dengan demikian, pemanfaatan kotoran ternak untuk pertanian di Blora bukan hanya sekadar inisiatif DP4, tetapi juga merupakan langkah nyata menuju pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.***
Adv Dinkominfo Blora
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro
Editor: Nurul Huda