banner 728x250

Tekan Angka Putus Sekolah, Wali Kota Semarang Jadi Orang Tua Asuh Anak Tunanetra yang Tertolak di PPDB SMA 2024

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjadikan Vita Azahra sebagai anak asuh lewat Program Gerbang Harapan. Foto: Dok. Pemkot Semarang
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjadikan Vita Azahra sebagai anak asuh lewat Program Gerbang Harapan. Foto: Dok. Pemkot Semarang
banner 120x600
banner 468x60

Semarang, Tuturpedia.com – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjadikan putri pasutri tunanetra bernama Vita Azahra, yang tertolak PPDB SMA 2024 jalur afirmasi sebagai anak asuhnya.

Mbak Ita atau sapaan akrab Wali Kota Semarang Hevearita, disambut oleh kedua orang tua Vita, Warsito (39) dan Uminiya (42) di rumah kontrakan Jalan Gondang Raya 17, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, pada Jumat (12/7/2024).

Mbak Ita kemudian memastikan pendidikan Vita Azahra ditanggung oleh pemerintah, baik Provinsi Jawa Tengah (Jateng) maupun Kota Semarang.

“Saya mewakili Pemerintah Kota Semarang dan pribadi mengangkat Vita menjadi anak asuh saya lewat Program Gerbang Harapan,” ucap Mbak Ita.

Melalui program ini, Mbak Ita kini sudah menjadi orang tua asuh dari dua anak. Satu anak perempuan dari Papua yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan Vita yang akan menempuh pendidikan di SMA Mardisiswa Semarang.

“Ini saya datang di tempatnya Pak Warsito, kita bicara pahitnya bila tidak diterima di negeri, ternyata sudah di SMA Mardisiswa,” ujarnya.

Dia menerangkan, Gerbang Harapan atau Gerakan Bersama Orang Tua Asuh untuk Pengembangan Hari Masa Depan adalah program untuk menekan angka putus sekolah.

Masyarakat Kota Semarang yang berkecukupan diajak menjadi orang tua asuh untuk anak kurang mampu. Untuk saat ini, Gerbang Harapan fokus kepada pemenuhan kebutuhan penunjang sekolah seperti seragam, buku-buku, alat tulis siswa-siswi, dan uang saku.

Lebih lanjut, Mbak Ita mengatakan bahwa pembiayaan sekolah remaja putri yang sudah ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) ini juga menjadi perhatiannya.

Pihaknya akan melakukan komunikasi dengan Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana terkait pembiayaan uang gedung, sampai sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

“Nanti kita sinergi dan kolaborasi, mungkin kalau Pemprov Jateng soal SPP, kami nanti uang bulanannya, tetapi kalau pemprov bilang diambil alih Kota Semarang, maka kami akan ambil alih,” tuturnya.

Ke depannya, Mbak Ita akan melakukan komunikasi secara intens terkait upaya menekan angka putus sekolah dengan Pemprov Jateng.

“Mungkin di luar sana masih ada Vita-Vita lainnya yang harus ditangani dengan kolaborasi,” tandasnya.

Sementara itu, Warsito selaku ayah dari Vita Azahra mengaku bersyukur putri semata wayangnya kini menerima perhatian dari orang nomor satu di Kota Semarang.

“Terima kasih Ibu Wali Kota Semarang yang sangat luar biasa pada Jumat berkah ini, semoga semua diberikan kesehatan dan keridaan Allah SWT karena membantu kami yang membutuhkan,” ungkap Warsito.

Sebelumnya telah diberitakan bahwa seorang calon siswi bernama Vita Azahra di Kota Semarang terancam tak bisa sekolah melalui jalur afirmasi lantaran terkendala data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS Kementerian Sosial.

Kedua orang tuanya, Warsito (39) dan Uminiya (42) hanya bekerja sebagai tukang pijat di rumah kontrakan kecil di Jalan Gondang Raya Tembalang.

Semestinya, dengan kondisi keluarga Vita Azahra saat ini, masuk kategori P1 (miskin ekstrem). Tetapi pada DTKS Kementerian Sosial tercatat sebagai P4 (rentan miskin). Kriteria yang masuk dalam sistem PPDB 2024 pada jalur afirmasi hanya tiga, yaitu P1 (miskin ekstrem), P2 (sangat miskin), dan P3 (miskin). Karena itulah Vita Azahra gagal mendaftar PPDB.***

Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko.

Editor: Annisaa Rahmah.