Blora, Tuturperdia.com — Suasana di lingkungan pendidikan Kabupaten Blora kembali tercoreng menyusul beredarnya video adu jotos yang melibatkan dua murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora Kota, pada Sabtu (1/11/2025).
Video berdurasi satu menit yang terekam di lingkungan sekolah ini memicu keprihatinan publik tentang maraknya kekerasan di tingkat pendidikan dasar.
Dalam rekaman yang beredar, tampak dua siswa berseragam Pramuka, satu di antaranya bertubuh lebih besar, terlibat ketegangan. Aksi saling dorong segera pecah menjadi pergumulan yang membuat keduanya terjatuh ke lantai. Perkelahian baru berhenti setelah salah satu siswa menyerah.
Penyelesaian “Damai” yang Dipertanyakan
Kepala Sekolah SDN Kedungjenar, Maskariyana, membenarkan insiden tersebut. Ia mengklaim masalah ini telah diselesaikan secara kekeluargaan pada Senin (3/11/2025).
“Nggih (Ya), kejadian hari Sabtu kemarin dan sudah rukun kembali seperti biasa. Sudah saya selesaikan hari Senin, ternyata anaknya sudah baikan lagi, saling memaafkan. Sekarang malah berteman baik banget,” ujar Maskariyana, Sabtu (08/11/2025).
Namun, klaim ‘rukun kembali’ ini menuai sorotan tajam. Insiden ini membuka kembali luka lama di sekolah tersebut. Berdasarkan penelusuran, SDN Kedungjenar dua bulan lalu pernah diterpa dugaan kasus perundungan berat yang menimpa seorang siswa berkacamata.
Catatan Kelam: Korban Bullying Hingga Patah Kaki
Kasus sebelumnya jauh lebih serius: siswa berkacamata tersebut dikabarkan sempat ditendang oleh teman sekelas hingga kacamatanya pecah, melukai bagian bawah matanya.
Lebih tragis lagi, tak lama berselang, saat hendak pulang, korban yang diduga tidak diseberangkan oleh petugas sekolah tertabrak sepeda motor hingga mengalami patah di kedua kakinya.
Hingga kini, siswa tersebut belum kembali bersekolah, dan keluarganya berencana memindahkannya ke sekolah lain.
“Orang tua korban mengaku merasa terdholimi atas serangkaian peristiwa yang menimpa anaknya dan menilai pihak sekolah kurang tanggap dalam melindungi murid.”
Rangkaian kejadian ini menguatkan dugaan bahwa penyelesaian damai yang cepat pasca-insiden adu jotos hanya menutupi akar persoalan yang lebih dalam, yaitu lemahnya pengawasan, budaya saling ejek, serta minimnya pendidikan karakter. Publik kini menanti langkah nyata dari Dinas Pendidikan Blora untuk memastikan lingkungan sekolah benar-benar aman dan bebas dari kekerasan.















