banner 728x250
Food  

Tahu Sumedang, Oleh-oleh Legendaris yang Memikat Seorang Pangeran

Tahu Sumedang, oleh-oleh wajib dari Puseur Budaya Sunda. Foto: Dok. Fadillah Wiyoto
Tahu Sumedang, oleh-oleh wajib dari Puseur Budaya Sunda. Foto: Dok. Fadillah Wiyoto
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com– Gurih, renyah di luar dan lembut serta kopong di dalam adalah penggambaran dari kelezatan buah tangan legendaris tahu Sumedang.

Tahu Sumedang yang paling cocok disantap selagi masih panas setelah diangkat dari penggorengan kemudian ditemani oleh rasa pedas-asam dari cengek (cabai rawit) dan sambal taoco. 

Tersedia pula lontong mini sebagai teman santap tahu. 

Harganya pun terjangkau dengan dijual satuan dari harga seribu rupiah hingga per paket yang kemudian dikemas dalam keranjang anyaman bambu bernama bongsang

Ada sejarah dari tahu yang merupakan makanan asli dataran Cina menjadi oleh-oleh dari Sumedang yang dijuluki sebagai Puseur (pusat) Budaya Sunda. 

Dijelaskan Khair dan Fathy (2021) dalam Tahu Sejarah Tahu Sumedang, tahu Sumedang bermula dari sosok pendatang asli Tiongkok bernama Ong Ki No yang tinggal di Sumedang pada awal 1900-an.

Untuk memenuhi permintaan sang istri yang menyukai tao-fu atau tahu, ia membuat tahu berbekal pengetahuan dari Cina dengan memanfaatkan bahan baku setempat.

Ong Ki No kemudian mengembangkan tahu putih rebus ala Cina buatannya sebagai bisnis. Namun, usahanya tidak memperoleh respons yang diinginkan. 

Bisnis tahu, baru menggeliat setelah diteruskan oleh putranya, Ong Bung Keng yang datang dari Cina pada tahun 1917.

Mengambil pelajaran dari kegagalan sang ayah, ia mengkreasikan olahan menjadi bentuk tahu Sumedang yang disantap saat ini. 

Ong Bung Keng juga memperkenalkan cengek bersama tahu untuk menyesuaikan dengan selera pedas masyarakat Sunda.

Suatu hari, aroma harum dari penggorengan tahu sampai pada kereta kuda Pangeran Soeriaatmadja, keturunan Kerajaan Sumedang Larang, yang tengah melintasi kios Ong Bung Keng.

Sang pangeran yang juga menjabat sebagai Bupati Sumedang kemudian mencicipi kudapan asing tersebut dan menyukainya.

Ia memberi saran agar bisnis tahu dilanjutkan karena memiliki prospek besar. Bagaikan doa, tahu Sumedang kemudian begitu populer hingga membentuk identitas Sumedang sebagai Kota Tahu.

Bisnis Ong Bung Keng pun masih berlanjut hingga memasuki generasi keempat dengan mengusung nama Tahu Bungkeng dari nama sang pencipta resep.

Pabrik dan gerai pertamanya yang melegenda beroperasi di Jalan 11 April No.53 dan berkembang dengan membuka beberapa cabang di Sumedang.***

Penulis: Fadillah Wiyoto.

Editor: Annisaa Rahmah.