Indeks

Survei SMRC: 68 Persen Masyarakat Percaya Jokowi Bangun Politik Dinasti

Saiful Mujani, Pendiri SMRC (kiri) dan Saidiman Ahmad, Manajer Program SMRC (kanan) dalam podcast di YouTube SMRC TV, tayang 16 November 2023. FOTO: Tangkapan layar YouTube SMRC TV.
Saiful Mujani, Pendiri SMRC (kiri) dan Saidiman Ahmad, Manajer Program SMRC (kanan) dalam podcast di YouTube SMRC TV, tayang 16 November 2023. FOTO: Tangkapan layar YouTube SMRC TV.

Tuturpedia.com – Lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka soal pandangan masyarakat terkait dengan isu politik dinasti yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hasil survei SMRC menjelaskan, sebanyak 68 persen publik percaya Jokowi membangun politik dinasti.

Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, dalam survei yang dilakukan SMRC, sebanyak 37 persen menjawab “tahu” dan 63 persen menjawab “tidak tahu.” 

“Dari yang tahu (37 persen), sebanyak 68 persen menyatakan percaya pandangan bahwa Jokowi sedang membangun politik dinasti. Dari yang tahu itu juga, 75 persen menyatakan tidak suka presiden Jokowi membangun politik dinasti,” ujarnya dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Sentimen Publik atas Dinasti Jokowi” di kanal Youtube SMRC TV, Kamis (16/11/2023).

Saiful mendefinisikan politik dinasti sebagai kekuasaan yang diperoleh melalui, atau karena ikatan darah. Politik dinasti adalah kekuasaan yang turun-temurun, seperti dari ayah ke anak. 

Dia mencontohkan praktik politik dinasti Jokowi dengan memuluskan jalan sang putra sulung, Gibran Rakabuming Raka ketika mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surakarta. 

“Di Solo, Gibran mengalami proses pemilihan umum. Itu adalah wilayah demokrasi. Tapi bagaimana dia memasuki wilayah demokrasi tersebut, ada unsur yang sangat khas dinasti, yakni ada pihak yang memiliki hubungan darah dengan Gibran dan dia sedang berkuasa, dalam hal ini Jokowi,” jelas Saiful.

Karena itu, menurut Saiful, dalam demokrasi, politik dinasti bisa terjadi. Bahwa apakah orang akan memilih atau tidak, itu sangat bergantung pada bagaimana sikap masyarakat.

Namun, sikap itu bukan sesuatu yang netral, melainkan bisa diciptakan melalui kampanye, sosialisasi, dan semacamnya.

Selain itu, dalam politik dinasti yang kerabat atau anak presiden ikut dalam pemilihan, ada potensi terjadinya penyalahgunaan kekuasaan atau abuse of power.

Politik Dinasti ala Jokowi

Publik dengan gamblang mengetahui perihal isu politik dinasti yang dilakukan Jokowi. Presiden dua periode ini seolah memboyong kedua anaknya, menantu, hingga ipar untuk menduduki posisi strategis dalam politik dan pemerintahan.

Seperti yang diketahui, saat ini putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka merupakan calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 yang mendampingi Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Gibran sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Surakarta (Solo), sebelum dipinang Prabowo maju Pilpres.

Sementara anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, yang sempat ‘sesumbar’ tak ingin masuk pusaran politik justru kini menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Menantu Jokowi, Bobby Nasution, sebelumnya juga menjabat sebagai Wali Kota Medan. Terakhir ada ipar Jokowi, Anwar Usman yang sempat menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). 

Anwar Usman dianggap memuluskan jalan Gibran maju Cawapres, dengan mengesahkan peraturan batas usia Capres-Cawapres yang membolehkan seseorang berusia 40 tahun atau di bawah 40 tahun yang memiliki jabatan dari Pemilu/Pilkada. 

Belakangan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memutuskan mencopot jabatan Anwar Usman sebagai Ketua MK. Namun, Anwar diketahui masih memiliki jabatan sebagai Hakim MK.

Survei SMRC dilakukan pada 29 Oktober– 5 November 2023 dengan metode wawancara. SMRC mengambil sebanyak 2.400 responden.

Mereka berusia minimal 17 tahun atau lebih, dan dipilih secara acak (stratified multistage random sampling).  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1939 atau 81%. Sebanyak 1939 responden ini yang dianalisis.

Sementara margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,3% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Para responden diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara terlatih.***

Penulis: Angghi Novita

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version