Tuturpedia.com – Survei Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan II 2023 meningkat dibanding periode sebelumnya.
Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 94,0 persen. Dikutip dari rilis BI, Selasa (25/7/2023).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan nilai SBT permintaan kredit baru triwulan II 2023, lebih tinggi dari 63,7 persen pada triwulan sebelumnya.
Kendati demikian, peningkatan permintaan kredit baru pada triwulan II 2023, relatif stabil dibanding periode yang sama tahun 2022.
Erwin mengatakan, berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru yang meningkat terjadi pada hampir seluruh jenis kredit.
“Kecuali kredit investasi yang sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya,” jelasnya.
Hal tersebut kata Erwin, terindikasi pada kredit modal kerja (SBT 89,5%) dan kredit konsumsi (SBT 85,3%).
Sementara itu, kredit investasi (SBT 54,4%) terindikasi sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Selanjutnya, kredit baru untuk seluruh jenis kredit konsumsi tumbuh lebih tinggi pada triwulan II 2023 dibanding triwulan sebelumnya.
Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru terutama terjadi pada sektor Konstruksi (SBT 82,2%).
Lalu, diikuti oleh sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (SBT 79,5%), dan sektor Industri Pengolahan (SBT 77,9%).
Prediksi Triwulan III 2023
Erwin mengatakan, pada triwulan III 2023, penyaluran kredit baru diprakirakan tetap terjaga tumbuh positif.
“Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit baru pada triwulan III 2023 diprakirakan tumbuh positif,” tuturnya.
Erwin menjelaskan, hal itu terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 86,3 persen.
“Tetap bernilai positif meski lebih rendah dibandingkan 94,0 persen pada triwulan sebelumnya,” ucap Erwin.
Selain itu, Erwin mengatakan, Standar penyaluran kredit pada triwulan III 2023 diprakirakan sedikit lebih ketat dibandingkan periode sebelumnya.
“Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 0,1 persen,” ucapnya.
Dia mengatakan, kebijakan penyaluran kredit diprakirakan lebih ketat, antara lain pada suku bunga kredit dan premi kredit berisiko.
“Hasil survei menunjukkan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit ke depan,” ucap Erwin.
Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan III 2023 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi.
Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor.
Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada triwulan III 2023, diprioritaskan pada sektor Industri Pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor Perantara Keuangan.
Responden memprakirakan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2023 sebesar 10,9 persen (yoy).
Artinya, kata Erwin, tumbuh positif meski tidak setinggi realisasi pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 11,4 persen (yoy).
“Optimisme tersebut antara lain didorong oleh prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit,” pungkasnya.***
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling
















