Tuturpedia.com – Kolektif Otak di Tangan dan Kolektif Hysteria menggelar Dinas Cipta Tempat dan Ruang Terpadu (DITAMPART) #17 di Pelataran Gedung Kesenian Ambarawa pada Minggu, 24 Maret 2024.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan 20 tahun Kolektif Hysteria yang melibatkan kunjungan ke 17 daerah di Jawa Tengah melalui tur DITAMPART setelah sebelumnya sukses mendatangi berbagai kampus dan kafe di Semarang.
DITAMPART adalah metode, support system, dan platform inisiasi dari Kolektif Hysteria yang bertujuan untuk menciptakan ruang-ruang alternatif bagi ekspresi seni dan aktivasi ekosistem kreatif.
Secara fisik, DITAMPART adalah sebuah motor roda tiga yang dimodifikasi menjadi panggung berukuran 6 kali 10 meter yang digunakan sebagai ruang pamer dan ruang pertunjukan.
Tommy Ari Wibowo selaku Program Manager DITAMPART Road Trip 2024, menyampaikan bahwa DITAMPART adalah media bergerak untuk menciptakan ruang-ruang alternatif di bidang kesenian.
“Jika dikorelasikan dengan fungsinya sebagai daya dukung, DITAMPART dilengkapi dengan berbagai alat pertunjukkan, kemudian dieksekusi sebagai ruang event. Baik itu pertunjukkan, pameran, gigs dan semacamnya,” papar Tommy.
Tommy menyampaikan, khusus untuk agenda Road Trip ke 17 kota di tahun 2024 ini, DITAMPART juga membawa dua tenda tambahan yang dirancang untuk panggung turunan festival, dengan sebutan ‘Pipi Kiri’ dan ‘Pipi Kanan’.
Untuk diketahui, panggung utama menggunakan dua kendaraan roda tiga yang difungsikan untuk pertunjukkan musik atau gigs. Sedangkan dua tenda ‘Pipi Kiri’ dan ‘Pipi Kanan’ diisi beberapa konten lain seperti pameran karya visual, game, live sablon, pameran arsip Kolektif Hysteria (katalog, zine dan buku), serta lapak untuk produk dari host/ tuan rumah.
Jalannya Kegiatan

Pada agenda DITAMPART kali ini, berbagai macam pertunjukan musik lokal ditampilkan, diantaranya Loon, Stevian Yudhistira, Strenght Down, Dressed like an Ocean, Siveteran, dan Asui.
Selain itu, ada pula penampilan teater dari Komunitas Teater Seribu Wajah dan atraksi budaya dari Sanggar Tari Kemerincing.
Lebih lanjut, forum diskusi yang melibatkan pihak-pihak terkait dari Pamong Budaya Ambarawa, Disdikbudporapar Kabupaten Semarang, dan para pegiat komunitas seni budaya Ambarawa juga diselenggarakan.
Diskusi ini diharapkan dapat memperkuat komunikasi antar sesama legiat seni untuk pembentukan ekosistem seni budaya di Ambarawa. Acara dimulai pada pukul 16.00 WIB hingga malam hari.
Bramantyo Agus Saputra, dari Pamong Budaya Ambarawa, menjelaskan pentingnya kegiatan seperti DITAMPART dalam menggiatkan ekosistem seni budaya di Ambarawa.
Menurut dia, ketersediaan ruang seperti Gedung Kesenian di Ambarawa dapat digunakan secara maksimal untuk mendukung pembentukan ekosistem seni.
Di sisi lain, Putra Sira Ambara dari kolektif Otak di Tangan menyoroti kendala ruang dan pembiayaan sebagai tantangan utama dalam mengembangkan ekosistem seni budaya di Ambarawa.
Putra mendorong pelaku seni budaya untuk memanfaatkan Gedung Kesenian Ambarawa sebagai ruang ekspresi dan tempat forum diskusi.
Lebih lanjut, Agus Triyono, dari unit musik Gaya Bebas, mengemukakan pendapatnya tentang betapa pentingnya musik kontemporer dan underground dalam merumuskan cara agar musik tersebut dapat menjangkau audiens yang lebih luas di Ambarawa.
Sebagai informasi, setelah Ambarawa yang merupakan titik terakhir dari tour DITAMPART, Kolektif Hysteria rencananya akan menggelar pameran hasil visual dari tur Ditampart dan forum diskusi yang lebih luas dalam bentuk Simposium terkait pembentukan ekosistem seni budaya di berbagai daerah, sekaligus mensosialisasikan Manifesto Seni Budaya “Tulang Lunak Bandeng Juwana” dari Kolektif Hysteria.***
Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar
Editor: Nurul Huda