Tuturpedia.com – Pimpinan Telegram, Pavel Durov, telah didakwa oleh pengadilan Prancis karena diduga mengizinkan aktivitas kriminal di aplikasi perpesanan tersebut, tetapi terhindar dari penjara dengan jaminan €5 juta (Rp85.462.674.600).
Jaksa Paris, Laure Beccuau dalam sebuah pernyataan mengatakan miliarder kelahiran Rusia yang memiliki kewarganegaraan Prancis itu diberikan pembebasan dengan syarat ia melapor ke kantor polisi dua kali seminggu dan tetap berada di Prancis, Rabu (28/8/2024).
Sebelumnya, jaksa menyebutkan 12 pelanggaran berbeda yang sedang diselidiki karena “keterlibatan” dalam kejahatan terorganisasi, termasuk transaksi terlarang, pornografi anak, penipuan, dan penolakan untuk mengungkapkan informasi kepada pihak berwenang.
Durov ditangkap di Bandara Le Bourget, Prancis pada hari Sabtu (24/8/2024). Penangkapan tersebut merupakan bagian dari investigasi menyeluruh atas kegagalan memoderasi dugaan aktivitas kriminal pada aplikasi perpesanan tersebut.
Aplikasi Telegram diketahui telah lama diawasi secara ketat oleh lembaga penegak hukum di seluruh dunia karena dugaan penggunaannya oleh organisasi teroris, pengedar narkoba, pedagang senjata, dan kelompok ekstremis sayap kanan untuk komunikasi, perekrutan, dan koordinasi.
Apakah Israel Terlibat dalam Penangkapan Durov?
Telegram sendiri merupakan aplikasi telah memainkan peran penting dalam perang informasi yang sedang berlangsung seputar genosida di Gaza.
Para aktivis pro-Palestina dapat menggunakan aplikasi tersebut untuk secara bebas untuk berbagi informasi yang mengungkap kejahatan perang Israel yang sedang berlangsung sambil menyoroti upaya Hamas, Hizbullah, Yaman, dan Iran untuk melawan Israel.
Meskipun tidak jelas apakah Israel memiliki peran dalam penahanan Durov di Paris pada hari Sabtu kemarin, sebuah surat kabar Israel Haaretz mengatakan jika Telegram telah terbukti menjadi tantangan besar bagi Israel sejak dimulainya perang. Tantangan tersebut termasuk kebocoran data sensitif dari Israel yang diperoleh oleh peretas dan dirilis di saluran Telegram.
Sebelumnya, Israel telah berhasil mengendalikan dan menyensor informasi tentang konten anti semit atau posting yang menghasut terorisme di aplikasi media sosial lainnya, termasuk Instagram, Facebook, X, dan TikTok, melalui lobi Cyberwell, sebuah LSM yang memiliki hubungan luas dengan intelijen Israel.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah
