Tuturpedia.com – Jet-jet Israel makin sering memicu ledakan sonik (sonic) di Lebanon sejak 7 Oktober 2023. Namun ledakan yang terdengar di Beirut, Lebanon pada hari Selasa (6/8/2024) dilaporkan menjadi yang paling keras yang pernah terdengar di kota tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, jet tempur Israel berulang kali menembus penghalang suara di Lebanon, menyebabkan ledakan keras yang menyebarkan kepanikan di kalangan warga sipil.
Penghalang suara sendiri adalah hambatan yang dihadapi pesawat ketika mencapai kecepatan suara. Ketika sebuah pesawat terbang menembus penghalang ini, ruang hampa berbentuk kerucut terbentuk karena perubahan tekanan dan ketika udara mengalir kembali untuk mengisi kekosongan ini, hal itu menghasilkan suara menderu.
Meskipun biasanya kondisi ini menimbulkan kerusakan fisik seperti jendela pecah, namun dampak psikologisnya juga sangat besar. Suara-suara yang muncul dapat memicu kepanikan dan ketakutan di kalangan masyarakat Lebanon.
Bukan hanya itu, Sebuah drone Israel yang dilengkapi dengan pengeras suara terbang di atas wilayah selatan Lebanon pada Kamis (8/8/2024) malam, meledakkan pesan-pesan yang menyerukan penduduk untuk “berbalik melawan Hizbullah”.
Drone tersebut terbang di atas Kota Bint Jbeil dan memutar rekaman audio yang mendesak penduduk kota tersebut untuk menyalahkan Hizbullah dan sekretaris jenderalnya yaitu Hassan Nasrallah atas serangan di Lebanon selatan hari Selasa (6/8/2024) kemarin.
Atas serangan sonic boom tersebut, Israel secara resmi memulai perang psikologis terhadap Lebanon. Terlebih, suara intens yang dikeluarkan oleh drone dan pesawat tempur Israel muncul setelah dua hari masyarakat di Beirut memperingati peringatan ledakan dahsyat di pelabuhan yang menewaskan lebih dari 250 orang empat tahun lalu.
Sonic Boom Picu Trauma Rakyat Lebanon
Dikutip dari Arab News, Minggu (11/8/2024), Yara Naufal seorang psikolog yang tinggal di Beirut, mengatakan dia dibanjiri dengan permintaan dari individu yang mencari bantuan psikologis setelah pelanggaran penghalang suara baru-baru ini.
Naufal juga menunjukkan bahwa, ketika banyak pasien berkonsultasi, mereka mengatakan kalau suara-suara ini sama dengan ledakan pelabuhan Beirut. Suara ini memiliki kenangan traumatis yang pada akhirnya muncul kembali.
Akibatnya, beberapa orang mulai menghindari tempat-tempat yang mengingatkan mereka akan ledakan, yang makin meningkatkan kecemasan dan depresi mereka.
“Kami telah menerima banyak telepon dan kunjungan dari individu yang terkena dampak langsung oleh suara-suara mengerikan ini. Reaksi mereka berkisar dari panik dan kebingungan hingga gejala fisik seperti detak jantung cepat dan berkeringat. Banyak yang menggambarkan perasaan seolah-olah mereka dibawa kembali ke saat ledakan, mengalami kenangan traumatis dan mimpi buruk yang berulang. Beberapa merasakan perasaan tidak berdaya dan takut yang mendalam. peristiwa serupa akan terjadi lagi,” ungkap Naufal.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah













