Jateng, Tuturpedia.com – Ada sebuah fakta unik tentang Ramadhan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pada masa kolonial Belanda, warga dapat mengetahui waktu imsak dan buka puasa melalui sirene. Konon, bunyi sirene tersebut bisa terdengar sampai sejauh 5km.
Pada saat itu, bunyi sirene sangat dinantikan oleh warga untuk mengetahui kapan harus berhenti makan sahur dan saat sudah diperbolehkan menikmati buka puasa.
Sebab, sirine menjadi patokan utama sebelum muazin mengumandangkan azan.
Semua langgar dan masjid menjadikan suara sirene tersebut sebagai rujukan waktu imsak dan buka puasa di Blora.
Kini, sirene kuno yang diperkirakan berusia 100 tahun itu menjadi ikon kota Blora dan berada di area pendopo rumah dinas Bupati.
Sirene tersebut berada di ketinggian 15 meter dengan tiang besi. Pada bagian paling atas terdapat bundaran (lingkaran) kecil.
Hendra, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari pendopo Bupati Blora, mengatakan, “Nguk” (sebutan sirene sesuai suaranya), dulunya adalah sirene yang digunakan Belanda sebagai tanda bahaya jika ada musuh datang.
“Menurut cerita turun-temurun dari leluhur sejak kecil sudah ada, kemudian Nguuk ini sekitar 1979 sirine ini baru dialih-fungsikan untuk penanda buka puasa,” ucapnya kepada Tuturpedia, Senin (11/03/2024)
Lebih lanjut ia menceritakan, sebelum Nguk dijadikan penanda berbuka, di Blora masih menggunakan bedug yang ada di Masjid Baitunnur.
Namun, karena suaranya hanya didengar warga sekitar, maka digantilah dengan suara sirene yang lebih nyaring dan bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh.
Kendati demikian, katanya, bedug masih digunakan sampai sekarang sebagai penanda menjelang dimulainya ibadah bagi umat Islam di Blora.
Menurutnya, sirene tersebut adalah benda yang tertua di Jawa Tengah. Bahkan, kemungkinan juga sebagai sirene tertua di Indonesia yang masih aktif digunakan hingga kini.
“Karena bentuk sirene ini seperti bulatan yang di dalamnya berisi kumparan, kalau ada benda asing masuk akan mudah korslet, tenaganya pun cukup besar, sekali menyala butuh daya 16.000 volt,” bebernya.
Tidak berhenti di situ saja, Hendra juga menyebutkan bahwa cara menyalakan sirene ini juga masih manual, yakni menggunakan handle.
“Dengan radius suara yang dihasilkan bisa mencapai 5 kilometer lebih, dulu awal-awal dipakai suaranya bisa sampai 15 kilometer, karena usia cukup tua maka semakin lemah suaranya,” ujarnya.
Sebagai informasi, setiap Ramadhan masyarakat Blora Kota khusunya, selalu menyempatkan melihat momen langka tersebut, yakni membunyikan sirene tua.
Sebab, sirine peninggalan zaman Belanda tersebut tak selalu difungsikan. Hanya di momen-momen tertentu saja, salah satunya saat Ramadhan.
Selain pada Ramadhan, sirene juga dibunyikan saat Tahun Baru dan saat peringatan detik-detik Kemerdekaan Republik Indonesia.***
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro
Editor: Nurul Huda