Tuturpedia.com – Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, menyelenggarakan acara Desak Anies di Tanah Datar, Sumatra Barat, pada Rabu (03/01/2024).
Desak Anies adalah salah satu rangkaian kampanye Anies Baswedan yang bertujuan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat.
Ketika memasuki segmen tanya jawab, Anies mendapatkan pertanyaan mengenai literasi yang dilontarkan oleh seorang penulis bernama Fitri.
“Saya mau nanya Mas Anies karena saya seorang penulis, Mas Anies punya program apa untuk membangun literasi di Indonesia, terutama di Sumatera Barat. Bagaimana bisa melahirkan tokoh-tokoh seperti Bung Hatta, Buya Hamka, dan lainnya yang menjadi seorang penulis hebat,” ucap Fitri.
Setelah menyampaikan pertanyaannya, Fitri kemudian menyerahkan buku yang ia tulis kepada Anies.
“Uni Fitri terima kasih atas buku ini, tapi kalau buku ini saya bawa nggak ada bedanya dengan saya dapat dari toko buku, nggak kelihatan dapat dari penulisnya. Biar kelihatan dapat dari penulisnya, tanda tangan bukunya,” jawab Anies disambut oleh tepuk tangan yang meriah.
Selanjutnya, pria yang mendapatkan julukan National Father Figure ini menjawab pertanyaan Fitri. Mengenai literasi, Anies menerangkan bahwa terdapat dua hal yang yang harus ditumbuhkan dalam diri anak-anak, yaitu minat baca dan daya baca.
“Minat baca tinggi, baca apa? WA. Minat baca tinggi, baca apa? Baca TikTok. Itu ada minat, begitu bangun tidur langsung buka, tapi daya baca-baca buku segini, nih, ini perlu daya baca. Tidak hanya minat baca,” terangnya.
Lebih lanjut, ia juga memberikan cara untuk melatih hal tersebut.
“Nah bagaimana melatihnya? Jadi, kami ingin ada pembiasaan bagi anak-anak kita. Dimulainya kapan? Sebelum kelas, dimulai 15 menit baca buku apa saja, bawa bukunya dari rumah, pilih sendiri bukunya,” jelas Anies.
“Bayangkan ketika itu dikerjakan oleh semua anak di Indonesia, maka satu-satu anak-anak kita tiap generasi akan terbiasa untuk membaca,” tambahnya.
Apabila hal tersebut terjadi, akan terjadi kebiasaan yang membangun budaya membaca. Menurut Anies, membangun budaya membaca tidak bisa diwujudkan secara otomatis, melainkan terdapat proses yang harus dilewati terlebih dahulu.
“Berikutnya, didorong menjadi penulis. Semua penulis pasti pembaca, tapi pembaca belum tentu penulis. Jadi seperti Uni Fitri ini pasti pembaca, nggak mungkin dia bisa menulis kalau dia nggak baca. Nah, yang berikutnya adalah kita dorong untuk anak-anak itu mengarang,” jelasnya.
Anies mengatakan jika mengarang itu menjadi penting sekali untuk menumbuhkan imajinasi, sehingga pelajaran mengarang dan menulis harus didorong.
“Ini yang kami ingin dorong ke depan sehingga nanti kita punya generasi baru yang punya daya baca (dan) didalamnya ada minat baca. Lebih jauh lagi generasi yang bisa menulis bisa berkarya. Karya-karya tulis yang nanti akan bisa memunculkan gagasan pikiran mereka,” tegasnya.***
Penulis: Ixora F
Editor: Nurul Huda















