Indeks
News  

Simbol Kebersamaan, Tradisi, dan Kehidupan Desa yang Perlu Dilestarikan Itu Bernama Pawon

Inilah pawon atau dapur tradisional yang perlu dilestarikan. Foto: Dok. Istimewa
Inilah pawon atau dapur tradisional yang perlu dilestarikan. Foto: Dok. Istimewa

Jateng, Tuturpedia.com – Pawon adalah sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang.

Namun, bagi masyarakat desa, di sebagian wilayah Blora, Jawa Tengah, menggunakan pawon bukan hanya sekadar tempat untuk memasak serta mengolah makanan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kehidupan yang kental dengan nilai-nilai tradisional.

Hal itulah disampaikan oleh, Yanti, warga Blora Kota pada Minggu (10/3/2024), yang hingga saat ini masih menggunakan pawon dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurutnya, dapur tradisional (pawon) di desa-desa sering kali dibangun dengan bahan-bahan alami seperti batu bata dan kayu. Desainnya yang sederhana namun fungsional membuat pawon menjadi tempat yang nyaman untuk memasak. 

“Meskipun tergeser oleh dapur modern, pawon tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan desa. Masyarakat desa harus tetap menjaga dan memanfaatkan pawon dengan bijak, sehingga keunikan dan kearifan lokal dapat terus hidup dan berkembang,” ucapnya.

“Dan di dalam pawon, terdapat berbagai peralatan tradisional seperti tungku, panci, dan wajan yang digunakan untuk memasak makanan sehari-hari. Masyarakat desa meyakini bahwa memasak dengan menggunakan pawon tradisional dapat memberikan rasa yang lebih enak pada makanan,” lanjutnya.

Bupati Blora, Arief Rohman saat menyantap makanan di pawon. Foto: Dok. Istimewa
Bupati Blora, Arief Rohman. Foto: Dok. Istimewa

Kemudian, ia pun bercerita, selain sebagai tempat memasak, pawon juga menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga dan tetangga.

Bahkan, lanjutannya kembali, di pagi hari, masyarakat desa kerap kali berkumpul di pawon untuk sarapan bersama. Mereka saling berbagi cerita dan berdiskusi tentang berbagai hal. 

“Jadi bukan hanya sekadar dapur tradisional, akan tetapi pawon menjadi tempat yang mempererat hubungan sosial antarwarga desa. Di sini, mereka belajar tentang nilai-nilai kehidupan dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi,” ungkapnya.

Ia juga tak menampik jika di dalam pawon, masyarakat desa melestarikan berbagai resep dari bahan-bahan alami dan rempah-rempah tradisional yang telah diwariskan oleh nenek moyang, untuk menghasilkan makanan yang lezat dan sehat. 

“Namun, dengan perkembangan zaman, pawon tradisional mulai tergeser oleh dapur modern yang dilengkapi dengan peralatan canggih. Banyak masyarakat desa yang beralih menggunakan kompor gas atau listrik untuk memasak,” bebernya.

“Meskipun demikian, pawon tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan desa. Masyarakat desa masih menggunakan pawon untuk memasak makanan khas desa dan menjaga kebersamaan dalam keluarga,” sebutnya.

Maka dari itu, dirinya pun berharap kepada seluruh masyarakat bahwasanya dalam era modern ini, pawon mungkin terlihat ketinggalan zaman. Namun, keunikan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak boleh dilupakan. 

“Pawon adalah simbol kebersamaan, tradisi, dan kehidupan desa yang perlu dilestarikan. Masyarakat desa harus tetap menjaga dan memanfaatkan pawon dengan bijak, sehingga keunikan dan kearifan lokal dapat terus hidup dan berkembang,” pungkasnya.***

Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro.

Editor: Annisaa Rahmah.

Exit mobile version