Indeks

Setahun Setelah Kematian Mahsa Amini, Timbulkan Perbedaan Sikap Perempuan di Iran

Sikap perempuan mulai berubah setelah setahun kematian Mahsa Amini. FOTO: Unsplash.com/Craig Melville
Sikap perempuan mulai berubah setelah setahun kematian Mahsa Amini. FOTO: Unsplash.com/Craig Melville

Tuturpedia.com – Tepat satu tahun sejak kematian perempuan muda usia 22 tahun di Iran, Mahsa Amini. Dia meninggal dalam posisi sebagai tahanan Polisi Moralitas Iran.

Dikutip Tuturpedia.com dari cbsnews.com pada Sabtu (16/9/2023), para pejabat Iran mengungkapkan penyebab Amini meninggal adalah serangan jantung.

Namun, keluarga Amini mengatakan, dia menerima kekerasan atau pukulan oleh polisi setelah ditangkap karena salah dalam penggunaan penutup kepala atau hijab.

Dilansir dari reuters.com, Amini merupakan sosok yang pemalu, kerap memikirkan urusannya sendiri dan menghindari politik.

Penahanannya terjadi saat dia keluar dari stasiun kereta api di Teheran (Ibu Kota Iran).

Atas kematian Amini, menimbulkan protes dari massa anti pemerintah. Sebagian dari mereka adalah perempuan muda yang menuntut hak-hak dasar.

Mereka bahkan mengulang kata-kata, “perempuan, kehidupan, dan kebebasan” saat melakukan unjuk rasa.

Sejak itu, unjuk rasa dilakukan secara mingguan di seluruh dunia, termasuk masyarakat Iran yang berada di luar negeri.

Elite penguasa justru tetap berpegang pada kekuasaan, walaupun awalnya merasa kesulitan dalam memadamkan protes.

Ketika penolakan lenyap, polisi moralitas kembali siaga di jalan dan memasang kamera pengintai untuk mengidentifikasi perempuan yang tidak menggunakan jilbab.

Keadaan Perempuan di Iran Sekarang

Kini, protes massa di jalanan telah hilang. Akan tetapi, pemerintah Iran sepertinya masih berkutat dengan dampak yang masih ada.

Masih banyak perempuan yang tetap menggunakan hijab saat mereka berada di jalanan. Salah satunya ialah Maryam, wanita yang bekerja di sebuah kedai kopi di Teheran.

Kepada CBS News, dia mengatakan bahwa ia sering bertemu dengan polisi moralitas ketika mengantar putrinya ke taman kanak-kanak.

Kemudian ia mendapat teguran karena tidak memakai jilbab dengan baik sesuai aturan, tetapi ia tidak ditahan.

Kemungkinan tak ditahan karena pada saat itu ia sedang bersama putrinya yang masih kecil. Dengan begitu, ia tak segan-segan untuk lebih menunjukkan keberaniannya.

Di sisi lain, dari beberapa perempuan yang mematuhi aturan pemakaian jilbab di sana, mengatakan bahwa mereka membutuhkan adanya perubahan dan kebebasan memilih.

Menandai tahun pertama sejak kematian Amini, pasukan keamanan bersiap-siap untuk mencegah keramaian yang berulang, termasuk menangkap penentang.

Pihak berwenang mencerminkan cadar sebagai salah satu prinsip Republik Islam, mereka pun menyuruh sektor swasta dan publik untuk tidak melayani perempuan yang tidak memakai cadar.

Situasi semakin riuh, karena banyak warga Iran perempuan yang tidak mengenakan jilbab terus bertambah.

Penulis: Annisaa Rahmah

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version