Tuturpedia.com – Setelah Reog Ponorogo pada Selasa (3/12/2024) dan kebaya pada Rabu (4/12/2024), kolintang menyusul ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Dunia yang ditetapkan UNESCO melalui sidang di Asuncion, Paraguay pada Kamis (5/12/2024).Â
Uniknya, alat musik khas Minahasa ini masuk dalam daftar bergengsi UNESCO melalui jalur nominasi tambahan (extended nomination) dengan budaya serupa yang sudah terlebih dahulu terdaftar sebagai WBTb.
Intsrumen yang dimaksud adalah balofon yang termasuk dari contoh xylophone atau alat musik perkusi dengan bilah-bilah yang akan menghasilkan suara berbeda saat di pukul.Â
Bersama kolintang balofon tiga sebagai budaya yang berkembang negara-negara Afrika Barat yaitu Burkina Faso, Mali, dan Pantai Gading.Â
Meski berasal dari benua dan budaya yang berbeda, balafon dan kolintang memiliki beragam kemiripan dari bentuk, kunci nada, hingga nilai dalam masyarakat. Bahan baku keduanya pun serupa yaitu menggunakan kayu.
Metode nominasi bersama negara lain ini membuat Indonesia dapat mendaftarkan lebih dari satu budaya di tahun yang sama. Jika melalui pengajuan mandiri, sebuah negara hanya dapat mengajukan satu elemen setiap dua tahun sekali.
Indonesia Berbagi Warisan Budaya
Penetapan kolintang menjadi kado akhir tahun bagi masyarakat Indonesia, khususnya komunitas Minahasa.
Kelompok masyarakat dari Sulawesi Utara ini mempunyai peran penting dalam mengantarkan kolintang ke pengakuan dunia. Pasalnya, meskipun dibantu oleh Pemerintah Indonesia dalam pengajuan di UNESCO, inisiatif pengajuan elemen budaya harus muncul dari masyarakat sendiri.Â
Penetapan ini juga membentuk hubungan dan diplomasi budaya dengan negara-negara Afrika Barat. Selain kolintang, Indonesia juga berbagi warisan budaya bersama melalui kebaya yang diajukan bersama 4 negara ASEAN lainnya dan pantun dengan Malaysia.
Penetapan kolintang juga makin mengangkat nilai musik daerah Indonesia di mata dunia setelah angklung dan gamelan masing-masing memperoleh status WBTb pada 2010 dan 2021.***
Penulis: Fadillah Wiyoto
Editor: Annisaa Rahmah















