Tuturpedia.com – Pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali niatnya untuk memperluas operasi militer ke Rafah.
Dua hari kemudian, Israel melancarkan serangkaian serangan yang menewaskan puluhan orang.
Israel mengebom Rafah, kota Gaza selatan dekat perbatasan Mesir pada awal Februari kemarin. Rafah merupakan tempat bagi 1,4 juta warga Palestina mencari keamanan dari serangan Israel yang tiada henti.
Setelah serangan tersebut, para pengungsi di Rafah kembali pergi daerah tersebut. Namun, tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi, setelah Rafah menjadi area terakhir yang aman dari serangan Israel di Palestina.
“Beberapa orang telah meninggalkan Rafah (sejak serangan baru-baru ini), tapi saya tidak tahu ke mana mereka pergi. Tidak ada tempat untuk pergi. Kemana orang bisa pergi?” kata sala satu pengungsi di Rafah, Abou Ghanem.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (19/2/24) para analis percaya bahwa rencana Netanyahu menyerang Rafah merupakan bagian dari rencana untuk mengurangi populasi Gaza dan memperpanjang kelangsungan politiknya.
Sebab, beberapa waktu terakhir Netanyahu mendapatkan kritik dari warga negaranya sendiri dan banyak yang memperkirakan bahwa PM Israel tersebut akan dicopot dari jabatannya setelah perang.
Palestina Mendesak Adanya Solusi Dua Negara
Dikutip dari laman Anadolu Ajansi, pada Minggu (18/2) kemarin Perdana Menteri Palestina menyerukan adanya solusi dua negara yang terjadi antara kelompok perlawanan Palestina dan Israel dilakukan sesegera mungkin.
“Kami ingin melihat pembebasan semua sandera dan kami ingin melihat kesepakatan dibuat sesegera mungkin karena setiap hari (kesepakatan) tertunda, itu berarti lebih banyak terjadi pembunuhan, lebih banyak penderitaan dan lebih banyak bencana bagi masyarakat,” ujar Mohammad Shtayyeh pada Konferensi Keamanan Munich di Jerman.
Ia juga mendesak akan adanya gencatan senjata karena invasi yang semakin meluas dan kemungkinan terjadinya konflik internasional.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda