Tuturpedia.com – 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan. Penetapan tersebut berkaitan erat dengan peristiwa Pertempuran Surabaya, yang berlangsung pada 10 November 1945.
Pertempuran tersebut merupakan salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Indonesia, terutama untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dideklarasikan sebelumnya pada 17 Agustus 1945.
Lantas, bagaimana Pertempuran Surabaya berlangsung? Simak rangkumannya dari laman Nusantara, Senin (6/11).
Kronologi Pertempuran Surabaya
Akhir Perang Dunia II membuat masyarakat Indonesia sepenuhnya yakin bahwa kemerdekaan yang telah dideklarasikan tak akan lagi terusik.
Meski demikian, rupanya pemerintah kolonial Belanda masih belum menyerah untuk kembali menancapkan kekuasaannya di Nusantara.
Bahkan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan bertahun hingga cukup lama.
Salah satunya terjadi di kawasan timur Jawa, tepatnya Surabaya, di mana Pertempuran Surabaya bersejarah berlangsung.
Kala proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diumumkan pada 17 Agustus 1945, pihak Belanda dengan bantuan Jepang menduduki Hotel Oranje di tanggal 19 Agustus.
Untuk menunjukkan bahwa Hotel Oranje telah dikuasai, Belanda mengibarkan bendera mereka di sana.
Begitu mendengar apa yang terjadi, masyarakat Indonesia bergegas menuju ke Hotel Oranje, dan peperangan pun tak terelakkan.
Meskipun tembakan dilepaskan dan korban berjatuhan dari kedua belah pihak, beberapa pemuda Indonesia berhasil menguasai tiang bendera.
Pada saat itu, salah satu peristiwa ikonik yang melandasi Pertempuran Surabaya pun terjadi: Pemuda Indonesia merobek bendera Belanda dan menyisakan hanya warna merah dan putih, warna bendera Republik Indonesia.
Memasuki bulan Oktober di tahun yang sama, peperangan sengit pun pecah antara Indonesia dan Jepang, yang menolak menyerahkan diri.
Para pejuang Indonesia berhasil mengambil alih berbagai bangunan di penjuru Surabaya, dan kemudian menuju ke pusat kota dengan menaiki mobil serta truk.
Pada 25 Oktober 1945, sekitar 6.000 tentara Inggris di bawah komando Brigadir Mallaby memasuki Surabaya.
Pasukan tersebut bertugas untuk mengatur pembebasan tahanan perang dari pihak Sekutu sekaligus menguasai kembali Surabaya agar bisa dikuasai Belanda.
Untuk menjalankan tugasnya, Brigadir Mallaby dan anak buahnya menguasai bangunan penting serta stasiun kereta.
Tak hanya itu, mereka juga menyebarkan selebaran yang berisi informasi bahwa siapa saja yang terlihat membawa senjata akan ditembak.
Hanya saja, pasukan Brigadir Mallaby sama sekali tidak memperhitungkan semangat juang masyarakat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan mereka.
Selain semangat juang yang luar biasa, jumlah pasukan Indonesia pun bertambah secara signifikan hingga mencapai 20.000 tentara yang tergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Jumlah tersebut belum termasuk lebih dari 100.000 pejuang yang datang dari rakyat biasa.
Hanya dalam hitungan hari, pertempuran besar pun pecah, tepatnya pada 28 Oktober 1945. Segera saja, para pejuang Indonesia mengepung seluruh pos tentara Inggris di penjuru Surabaya.
Dengan kekalahan di depan mata, pihak Inggris pun mendesak agar Jakarta melakukan intervensi.
Keesokan harinya, Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, dan Jendral Hawthorne duduk bersama untuk bernegosiasi perihal gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata pun dicapai pada 30 Oktober, dan evakuasi pasukan Inggris pun dilaksanakan.
Hanya saja, pertempuran kembali pecah dan Brigadir Mallaby pun terbunuh. Pihak Inggris lantas memutuskan untuk mengambil alih Surabaya dengan paksa.
Diam-diam, Inggris mendatangkan 24.000 pasukan serta 24 tank serta pesawat tempur, ditambah dukungan kapal perang.
Pada tanggal 9 November 1945, pihak Inggris mengeluarkan ultimatum kepada para pemimpin Indonesia agar menyerahkan diri.
Ketika ultimatum tersebut ditolak, mereka menjatuhkan bom pada 10 November di Surabaya dan Pertempuran Surabaya pun dimulai.
Seperti halnya perang pada umumnya, Pertempuran Surabaya menyebabkan kerusakan parah di penjuru kota.
Total korban jiwa dari Pertempuran Surabaya mencapai 16.000 jiwa dari pihak Indonesia, dan 2.000 dari pihak Inggris.
Pertempuran Surabaya menjadi salah satu momen penting dalam perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Salah satunya karena peristiwa ini membuat Belanda sadar bahwa keinginan mereka untuk kembali menjajah akan mendapatkan tentangan besar.
Satu tahun kemudian, tepatnya pada 10 November 1946, Presiden Soekarno menetapkan 10 November sebagai peringatan Hari Pahlawan setiap tahunnya.***
Penulis: K Safira
Editor: Nurul Huda