Indeks
Travel  

Sejarah Gedung Spiegel di Kota Lama Semarang, yang Jadi Spot Foto Putri Delina

Gedung Spiegel yang jadi spot foto Putri Delina. Foto: Instagram.com/putridelinaa
Gedung Spiegel yang jadi spot foto Putri Delina. Foto: Instagram.com/putridelinaa

Tuturpedia.com – Beberapa hari lalu, di tengah-tengah kesibukan Meet & Greet dan Cinema Visit di Kota Semarang Putri Delina menyempatkan untuk berkunjung ke Kota Lama Semarang.

Dalam postingan Instagram yang diunggah Putri, memperlihatkan dirinya berswafoto di depan gedung Spiegel yang terletak di sebelah taman Srigunting, Kota Lama Semarang.

Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah Gedung Spiegel tersebut? Berikut sengaja Tuturpedia.com rangkum untuk kamu. Simak sampai habis ya!

Sejarah Gedung Spiegel 

Gedung H. Spiegel yang terletak di Jl. Letjend Soeprapto no. 34, Kota Lama Semarang merupakan gedung yang dibangun pada era kolonial Belanda.

Dulu gedung ini dikenal sebagai Toko NV Winkel Maatschappij “H Spiegel” yang menjual berbagai barang, seperti pakaian dari merk-merk ternama hingga dekorasi rumah seperti lampu minyak buatan Amerika.

Gedung Spiegel pertama kali dibangun pada 1895 oleh kongsi pengusaha Austria-Hungaria keturunan Yahudi, yakni Moritz Moses Addler (1854-1927), Herman Spiegel (wafat 1911), dan Ignacz Back (1873-1955).

Kemudian, Tuan H. Spiegel diangkat menjadi manajer perusahaan ini dan menjadi pemiliknya dalam jangka waktu lima tahun. 

Setelah berakhirnya kepemimpinan Hindia Belanda, gedung ini bergeser dari fungsi awalnya. Bahkan sempat difungsikan sebagai gudang dengan kondisi terbengkalai dan tidak terawat.

Baru pada 8 Juni 2015, setelah masa restorasi yang cukup lama, gedung ini menjadi Spiegel Bar & Bistro, restoran tempat nongkrong.

Profil Herman Spiegel

Herman Spiegel adalah seorang pengusaha Austria-Hungaria yang turut mengembangkan bisnis toko serba ada berukuran besar di Hindia Belanda bersama kedua rekannya (Moritz & Ignacz).

Spiegel memiliki istri bernama Sophie Weiss dan dua putri serta satu putra.

Spiegel meninggal pada 1911 setelah memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Wina, Austria.

Arsitektur Gedung H. Spiegel

Arsitektur gedung Spiegel tidak banyak berubah. Foto: Istimewa

Meski dimiliki oleh warga negara Austria, gedung ini terpengaruh gaya Spanish Collonial.

Hal itu disebabkan pada era 1920-1930, area pertokoan memang dikuasai oleh pengusaha dari berbagai belahan dunia dan arsitekturnya pun menyesuaikan dengan selera pemilik.

Bangunan yang menghadap ke selatan ini memiliki dua lantai dengan langit-langit tinggi dan diperkokoh dengan susunan satu lapis batu bata khas bangunan di negara tropis.

Gedung ini dihiasi jendela lonceng di sepanjang gedung, atap bangunan pelana dengan bahan penutup genteng, model jendela dengan lengkung di bagian atas dan berdaun ganda dengan panel kaca dan kayu, juga pintu berdaun ganda yang berada di dua sisi menjadikan bangunan ini terang juga tidak panas.

Nama SPIEGEL yang sempat memudar dimakan zaman, kini terpampang jelas dan besar di ketiga sisi gedung yang menempati persis sudut persimpangan jalan. Bagian dalamnya dibiarkan tidak tersekat. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena fungsi awalnya sebagai toko.

Dengan posisinya yang persis di tepi jalan, gedung ini tidak memiliki area parkir sehingga semakin terkesan berada di Eropa.

Setelah mengalami restorasi yang cukup lama, wajah gedung H. Spiegel ini tidak banyak berubah.

Salah satunya dilihat dari penunjuk arah angin kuno yang masih bertengger di puncak atap bangunan tersebut.***

Kontributor Semarang: Rizal Akbar

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version