Tuturpedia.com – Belakangan ini, ramai sejumlah orang menggunakan simbol buah semangka yang menggambarkan dukungan untuk Palestina. Sebetulnya, apa makna dari semangka tersebut?
Dilansir Tuturpedia.com dari Savoir Flair (4/4/2023), dikatakan bahwa setelah perang yang pecah pada 1967, Israel yang sewaktu itu menguasai Tepi Barat dan Gaza melarang warga Palestina memegang dan mengibarkan bendera Palestina yang berwarna putih, hitam, merah, dan hijau.
Kemudian warga Palestina melakukan aksi protes dengan membawa irisan semangka ke seluruh wilayah.
Di sisi lain, buah semangka memiliki warna yang sama dengan bendera Palestina.
Hal itu berlaku juga untuk seniman, mereka dilarang menggunakan warna bendera Palestina.
Kisahnya ada pada Issam Badr dan Sliman Mansour, yang kala itu bertanya pada seorang perwira Israel, apakah jika melukis gambar bunga diperbolehkan?
Kemudian perwira tersebut menjawab, tidak boleh dan akan disita. Bahkan, perwira itu melanjutkan, bila mewarnai semangka juga tidak diperbolehkan.
Sementara itu, seniman lain bernama Khaled Hourani melihatnya sebagai sebuah ide.
Lalu, kisah Mansour di atas ia jadikan inspirasi untuk melukis semangka yang dimaknai sebagai tanda perlawanan bagi Palestina.
Lukisan buah semangka tersebut kemudian Hourani bawa untuk proyek Subjective Atlas of Palestine pada 2007.
Setelah itu, karyanya semakin dikenal oleh banyak orang dan berbagai negara. Contohnya Skotlandia, Yordania, Prancis, Lebanon, dan Mesir.
Dikutip dari The National News, Hourani menjelajah dunia dengan mengadakan lokakarya seni yang berpusat di sekolah-sekolah kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina.
Sejak perang Hamas-Israel yang bermula pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kehancuran dan kematian salah satunya di Gaza, banyak dukungan datang bahkan secara online di media sosial.
Mereka mendukung Palestina dengan simbol perlawanan yang tergambar dalam buah semangka, Khaled Hourani pun kebanjiran proyek pesanan karena hal ini.
“Ini adalah bentuk solidaritas yang unik. Ini sangat kuat. Sejujurnya saya tidak tahu bagaimana menghadapinya. Ada yang menjadikannya sebagai tato, ada pula yang membuat pola untuk pakaian, menaruhnya di bendera, dengan media berbeda. Saya senang hal ini membawa perhatian pada perjuangan Palestina,” ujar Khaled Hourani, dikutip Tuturpedia.com dari The National News.
Dengan begitu, lukisan semangka menarik banyak perhatian seniman lain di berbagai negara, seperti Sarah Hatahet seorang ilustrator Yordania yang tinggal di Abu Dhabi, ia menciptakan karya seni semangka setelah melihat karya Hourani di media sosial.
Bagi Hourani, dukungan terhadap Palestina di media sosial adalah keajaiban, khususnya generasi muda yang banyak melakukannya.
“Orang-orang di seluruh dunia berdiri dan mengatakan bahwa pendudukan harus diakhiri. Ini adalah momen bersejarah. Sebagai seorang seniman, sebagai manusia, saya merasa terhormat bahwa karya saya digunakan sebagai alat atau bagian dari kekuatan pendorong ini,” ucap Hourani.
Dengan demikian, perlawanan melalui seni memiliki sejarah yang panjang untuk Palestina.
Begitu juga dengan serangan terhadap budaya Palestina, seperti pelarangan simbol nasional, yang juga berbentuk penutupan, penyitaan, dan penghancuran karya seni.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda