Tuturpedia.com – Saat ini, boy group BTS telah menjelma sebagai salah satu grup K-Pop terpopuler di seluruh dunia.
Bahkan bisa dibilang, kalau BTS tak perlu lagi dikotakkan hanya ke dalam industri K-Pop saja.
Meski demikian, bagi para ARMY, julukan penggemar BTS, sangat memahami karier idola mereka tidak serta-merta meroket sejak debut.
Apalagi para ARMY yang sudah mengikuti BTS semenjak mereka merintis karier di industri musik Korea.
Kesuksesan BTS, seolah tidak terlihat ketika mereka debut di 2013. Salah satu alasannya adalah agensi BTS kala itu, Big Hit Entertainment, yang tidak masuk radar industri sama sekali karena hanya agensi kecil.
Apalagi, sudah jadi rahasia umum kalau grup-grup idol yang datang dari agensi top punya jaminan sukses lebih besar dan lebih cepat.
Baru-baru ini, BTS menuangkan kisah perjuangan mereka ke dalam buku baru mereka, berjudul “Beyond the Story: 10-Year Record of BTS”.
Buku berbahasa Inggris tersebut, dirilis secara global pada 9 Juli 2023.
Melalui buku itu, para ARMY bisa melihat lebih dalam kisah lengkap perjuangan para member, sejak trainee sampai jadi superstar global.
Buat kamu yang juga seorang ARMY, kamu harus siap-siap tisu saat membaca buku ini. Soalnya, perjalanan BTS di awal karier bisa membuatmu menangis.
Salah satunya adalah momen ketika para member menerima perlakuan buruk dari idol-idol K-Pop lain di awal karier mereka.
“Selalu jadi yang pertama berkata halo dan menyapa setiap orang, para senior dan junior,” bunyi kalimat dalam buku, dikutip tuturpedia.com, Sabtu (15/7/2023).
“Tapi beberapa orang mengabaikan kami dan melengos. Atau mengejek kami karena tidak menjadi kandidat untuk peringkat atas,” lanjut kutipan tersebut.
Para fans K-pop yang sudah paham seperti apa lingkungan industri pada saat itu, mungkin bisa dipahami kalau ada idol-idol yang mengabaikan grup baru.
Meski begitu, para member BTS masih sangat muda pada saat itu jadi tak mengherankan kalau mereka merasa down.
Bagi para member, momen tersebut sangat menyakitkan dan bahkan V mengungkapkan kalau kejadian itu membuat salah satu member nangis.
“Setelah siaran, kami masuk ke mobil bersama-sama…Ada yang menangis, ada yang sangat marah, dan ada yang tidak bisa berkata-kata,” kalimat dalam buku tersebut.
“Kekecewaan yang tak bisa diungkapkan dan emosi yang memicu air mata tersebut terlalu sulit,” lanjutnya.
Dalam bukunya, BTS tidak menyebutkan nama idol atau grup yang memberikan perlakuan buruk tersebut.
Momen Sulit BTS
Tak hanya itu, BTS juga membahas momen sulit saat dicap “villain” K-pop. Tepatnya 2016, saat mereka merilis album “WINGS” dan mendapat respon negatif.
Salah satunya adalah kemunculan dan viralnya hashtag #BREAKWINGS.
Peristiwa itu menjadi salah satu bukti, BTS sudah menerima serangan publik dalam skala internasional bersamaan dengan meroketnya karier mereka.
“BTS dipandang sebagai ‘villain’ industri idol, dan serangan untuk mereka terus berlanjut. Ketika album ‘WINGS’ dirilis Oktober 2016 misanya, hashtag #BREAKWINGS menyebar di seluruh media sosial luar negeri,” tulisnya dalam buku.
“Meskipun hal tersebut tidak punya pengaruh besar, peristiwa tadi menunjukkan bahwa pada waktu ini, serangan publik ke BTS telah mencapai tahap internasional,” lanjutnya.
Dalam buku juga menyebtukan, bahwa penggunaan bahasa kasar terjadi hanya karena tidak suka penampilan para member.
Bahkan hal itu dianggap wajar dilakukan, dan dianggap seperti tren.
“Orang-orang menggunakan tindakan atau kata-kata para member di masa lalu sepenuhnya di luar konteks dan mengatakan ‘Mati’ akan di-retweet dan dibagikan seolah bukan apa-apa,” kalimat dalam buku tersebut.
Melihat kesuksesan BTS secara global sekarang, tentu saja semua kesulitan di masa lalu tidak menjadi alasan bagi para member untuk berhenti berkarya.
Kerja keras BTS, bahkan juga sukses membawa Big Hit Entertainment menjadi salah satu agensi top di industri musik Korea dengan nama baru, yaitu HYBE.
Selain BTS, saat ini HYBE menjadi rumah bagi para grup idol populer seperti TXT, ENHYPEN (di bawah Belift Lab), LE SSERAFIM (di bawah Source Music), hingga NewJeans (di bawah ADOR).***
Penulis: Kikin Safira
Editor: M. Rain Daling
