banner 728x250

Rumah Sakit Indonesia di Ambang Kehancuran, 3 Relawan Indonesia Ini Putuskan Tetap Bertahan di Palestina

3 relawan medis Indonesia pilih tetap bertahan di Palestina meski sudah ada upaya evakuasi. Foto: X.com/sahabatalaqsha
3 relawan medis Indonesia pilih tetap bertahan di Palestina meski sudah ada upaya evakuasi. Foto: X.com/sahabatalaqsha
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Rumah Sakit Indonesia yang didanai oleh masyarakat Indonesia kondisinya kian hari kian memprihatinkan.

Menurut Arab News, Senin (13/11/23) setelah penembakan intensif Israel, para dokter di sana tetap bertugas, meskipun dalam keadaan terkepung, dengan listrik yang padam dan serangan udara terus-menerus.

Karena jumlah korban akibat serangan tersebut terus meningkat, Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, yang hanya memiliki kapasitas 230 tempat tidur ini merawat dan melindungi ribuan orang.

Rumah Sakit Indonesia dibuka pada akhir 2015 dan diresmikan secara resmi oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu Jusuf Kalla pada 2016.

Rumah sakit umum berlantai empat ini berdiri di atas lahan seluas 16.200 meter persegi di dekat kamp pengungsi Jabalia di Gaza Utara, yang disumbangkan oleh pemerintah setempat pada 2009.

Pembangunan dan peralatan rumah sakit ini dibiayai oleh sumbangan masyarakat Indonesia dari berbagai tingkat ekonomi.

Sayangnya, menurut MER-C yang merupakan lembaga swadaya masyarakat yang mendanai Rumah Sakit Indonesia ini memperingatkan jika rumah sakit tersebut berada dalam ambang kehancuran.

Serangan Israel yang bertubi-tubi menyerang area rumah sakit sejak Sabtu malam menyebabkan sebagian besar fasilitas kesehatan tidak memiliki bahan bakar untuk menjalankan operasinya.

Bahkan, sudah tidak ada obat untuk mengobati penyakit dari para pasien yang terluka, dan tidak ada makanan atau air.

Kondisi yang memprihatinkan dari Rumah Sakit Indonesia ini berawal ketika militer Israel mengklaim pekan lalu bahwa Hamas menggunakan Rumah Sakit Indonesia “untuk menyembunyikan pusat komando dan kendali bawah tanah.”

Pernyataan tersebut langsung dikecam oleh MER-C sebagai upaya untuk “membuat kebohongan publik.”

Sarbini, ketua MER-C, pada saat itu memperingatkan bahwa tuduhan militer Israel mungkin merupakan prasyarat untuk menyerang Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

3 Relawan Indonesia Masih Bertahan di Palestina

Dalam sepekan terakhir, kawasan di sekitar RS Indonesia dan rumah sakit lain di Jalur Gaza menjadi sasaran intensifikasi bombardir Israel.

Tank-tank Israel mendekat, mengepung fasilitas medis tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan ketika pengeboman Israel meratakan seluruh lingkungan di Gaza. Lebih dari 11.000 orang kini telah terbunuh di wilayah tersebut.

Dikutip dari laman Aljazeera, Fikri Rofiul Haq salah satu dari tiga relawan Indonesia yang masih bertahan di Palestina menceritakan lokasi pengeboman Israel yang begitu dekat hingga membuat gedung rumah sakit berguncang dan sebagian atapnya sudah ambruk.

“Biasanya kalau ada pengeboman, gedung RS bergoyang, tapi pada 9 November, RS terasa seperti terangkat dari pondasinya. Itu hanya membuat kami ketakutan” ujarnya.

Ketika pengeboman dimulai, dia dan staf lainnya berlindung di ruang bawah tanah rumah sakit. Jadwal kerja harian mereka berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan signifikan staf dan pasien.

Meskipun Indonesia telah berupaya mengevakuasi beberapa warga negaranya di Gaza, Haq mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi salah satu dari mereka.

“Insya Allah saya dan dua relawan MER-C lainnya memutuskan untuk tetap tinggal di Jalur Gaza,” ujarnya.

“Kami sangat mengapresiasi Kementerian Luar Negeri RI yang membantu mengevakuasi WNI dari Gaza, tapi itu keputusan kami,” ujarnya tentang memilih tetap di Gaza.

“Kami berharap dapat terus membantu warga Gaza untuk mendapatkan bahan bakar, makanan, dan obat-obatan, serta merawat mereka di Rumah Sakit Indonesia. Itu adalah motivasi kami untuk terus maju.”

Namun sayangnya, komunikasi terakhir oleh ketiga relawan yang tersisa terjadi pada Sabtu, 11 November 2023.

Haq dan dua rekan relawannya tidak bisa dihubungi kembali oleh media maupun pihak MER-C Indonesia hingga saat ini.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses