Tuturpedia.com – Azhar Kinoi Lubis kembali menelurkan karya terbarunya pada 2023 setelah sebelumnya menyutradarai film Mangkujiwo 2, Cherish & Ruelle, dan Spirit Doll.
Film ini sudah tayang di bioskop sejak 28 September 2023.
Hal yang cukup menarik perhatian publik adalah film ini diangkat dari adaptasi langsung utas horor milik @jeropoint yang sempat viral pada 2022.
Film ini menceritakan kisah keluarga Suyatno yang mengalami rangkaian peristiwa misterius yang mengantui rumah mereka.
Kengerian makin berlanjut saat keluarga ini tahu bahwa kepala keluarga mereka, Bapak Suyatno terlibat dalam ritual pesugihan “Kandang Bubrah”.
Pesugihan ini menjebak keluarga Suyatno ke dalam kutukan kematian yang terjadi setiap 10 tahun sekali dan mengancam seluruh anggota keluarga.
Secara keseluruhan film ini cukup menghibur, apalagi untuk pecinta film horror gore.
Tidak mengejutkan memang, sebab Azhar Kinoi Lubis memang dikenal sebagai sutradara yang cukup ahli dalam mengolah elemen gore dalam film.
Dalam hal story telling/penceritaan, Di Ambang Kematian menawarkan jalan cerita yang cukup jelas walaupun dikemas dengan flow yang agak cepat.
Penceritaan memang kadang sering menjadi batu sandungan bagi sutradara film, terutama film horor.
Sebab alih-alih fokus ke penceritaan, terkadang beberapa sineas hanya memberi penekanan pada adegan horor dan jumpscare saja.
Untuk akting, pemeran film ini cukup total. Teuku Rifnu Wikana yang berperan sebagai Suyatno, kepala keluarga sekaligus pelaku pesugihan Kandang Bubrah mampu membuat penonton terkesima dengan akting karakternya yang dibuat datar namun creepy.
Selain itu, Taskya Namya yang biasanya muncul di beberapa film horror sebagai pemeran pembantu, sekarang didapuk menjadi pemeran utama wanita yang secara mengejutkan mampu bertanggung jawab secara baik dengan lakon yang ia perankan.
Selebihnya, pemeran pembantu seperti Wafda Saifan, Kinaryosih, dan Giollio Parengkuan juga sudah cukup memberikan warna dalam film ini.
Hal-hal lain seputar teknis, seperti pengambilan gambar, pemilihan latar, dan properti juga cukup oke.
Terlihat bahwa bagian production design sangat bersungguh-sungguh untuk mendukung film ini agar dikemas dengan baik.
Kekurangan yang terlihat ada pada elemen jumpscare yang menjadi ciri khas film horor masih terlalu klise dan dengan formula yang itu-itu saja.
Selain itu, penentuan ending dan fokus di babak ketiga film ini agak sedikit memantik pertanyaan bagi sebagian besar penonton terkait masa depan Suyatno (Teuku Rifnu Wikana) sebagai pelaku pesugihan yang kurang dijelaskan.
Lagi-lagi secara keseluruhan, film ini cukup menghibur. Cukup memberikan gambaran terkait dengan salah satu urban legend soal pesugihan Kandang Bubrah yang cukup dikenal oleh masyarakat Jawa Tradisional.
Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar
Editor: Nurul Huda















