Tuturpedia.com – Atas permintaan warga, pemerintah resmi mematikan internet di wilayah suku Baduy Dalam di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Dikutip Tuturpedia.com dari berbagai sumber (Rabu, 11/10/2023), wilayah Baduy Dalam kini menjadi wilayah blank spot alias tanpa sinyal.
Menurut Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Lebak, Anik Sakinah, sejak Agustus 2023 sinyal internet di suku asli Kabupaten lebak ini sudah dihapuskan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Hal tersebut dilakukan berdasarkan surat permintaan dari suku Baduy pada Juni 2023 lalu. Lembaga Adat Baduy mengirimkan surat berisi dua permintaan kepada Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.
Permintaan pertama tentang permintaan sinyal internet dihilangkan dari tanah ulayat Baduy. Sedangkan permintaan kedua berisi tentang pengurangan, pembatasan dan penutupan muatan negatif di internet karena khawatir akan merusak akhlak anak muda.
Ada tiga kampung yang dihuni oleh orang Baduy Dalam yaitu Kampung Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo yang kini menjadi wilayah blank spot tanpa internet.
Ketiga kampung tersebut terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten. Suku Baduy terdiri dari Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Seperti yang diketahui, suku Baduy memang dikenal menjunjung tinggi adat yang ketat dan mengarah pada isolasi diri serta alam dari tindakan eksploitatif.
Suku Baduy juga bukan hanya menolak internet, mereka juga bahkan menolak adanya listrik, kendaraan bermotor bahkan hingga sekolah modern.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka juga memiliki aturan tersendiri seperti tidak boleh memakai sabun, tidak membuang sampah di sungai, memakai pakaian tenun sendiri, berjalan kaki pergi ke mana pun, serta mereka memiliki daftar hewan yang boleh juga tak boleh disantap.
Meski cenderung mengisolasi diri, suku Baduy Dalam tetap menerima kunjungan dari orang luar hanya saja jumlahnya dibatasi serta pengunjung harus patuh akan adat suku mereka.
Suku Baduy juga memiliki ritual khusus yang dilakukan saat perayaan panen selama tiga bulan.
Ritual tersebut diberi nama Kawalu, selama tiga bulan itu pula mereka akan menutup diri dan tak menerima kunjungan dari pendatang.
Menurut salah satu pemimpin suku Baduy, Jaro Saija menjelaskan jika alasan penghapusan internet adalah internet tidak hanya memberi dampak positif, namun juga membawa banyak dampak negatif bagi warganya.
Dampak negatif tersebut bertentangan dengan moral dan nilai-nilai suku Baduy.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda