Tuturpedia.com – Kabar gembira datang dari dunia kebudayaan Indonesia. Pasalnya, seni pertunjukan Reog Ponorogo dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Dunia Takbenda (WBTb) oleh UNESCO.
Keputusan tersebut dibuat dalam sidang Intergovernmental Committee Heritage di Ibu Kota Paraguay, Asuncion, pada Selasa (3/12/2024). Hadir sebagai Ketua Delegasi Indonesia adalah Duta Besar Indonesia untuk UNESCO yang juga merangkap Dubes untuk Prancis, Mohamad Oemar dan Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Sulaiman Syarif, sebagai Wakil Ketua.
Menariknya, Reog Ponorogo masuk dalam daftar bergengsi tersebut melalui kategori In Need of Urgent Safeguarding atau dapat diartikan sebagai warisan budaya yang butuh perlindungan mendesak.
Menurut situs resmi UNESCO, daftar ini ditujukan pada budaya yang memerlukan perhatian dan kerja sama internasional. Pasalnya WBTb ini terancam meskipun telah dilakukan upaya-upaya terbaik oleh masyarakat atau negara asal.
Selain Reog Ponorogo, Indonesia telah memiliki dua budaya yang masuk dalam kategori ini. Pertama adalah tari Saman asal Aceh yang telah dikukuhkan sejak 2011. Tari asal Gayo yang ikonik dengan gerakannya yang kompak ini memiliki isu kelestarian dalam regenerasi pemain.
Kemudian noken, tas anyaman khas Papua yang memperoleh status pengakuan UNESCO sejak 2012. Ancaman dari eksistensi noken berasal dari bahan baku noken yang berasal dari serat tumbuhan dan pewarna yang ketersediaannya di alam berkurang akibat kerusakan lingkungan.
“Pengakuan ini bukan hanya sumber kebanggaan besar tetapi juga pengingat penting dari tanggung jawab kolektif untuk melestarikan budaya ini,” terang Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam video sambutan yang diputar dalam sidang UNESCO yang dikutip Tuturpedia dari Instagram resmi Kementerian Kebudayaan.
Sebelumnya Indonesia telah memiliki 13 WBTb UNESCO. Secara berurutan menurut tahun penetapannya adalah wayang, keris, batik, pendidikan dan pelatihan batik, angklung, tari saman, noken, tiga genre tarian tradisional Bali, kapal pinisi, pencak silat, pantun, gamelan, dan jamu.***
Penulis: Fadillah Wiyoto
Editor: Annisaa Rahmah















