Jakarta, Tuturpedia.com – Renungan Harian Katolik untuk Sabtu, 8 November 2025 mengangkat tema tentang kekayaan dan bagaimana umat Kristiani diajak untuk menyikapi harta benda sesuai ajaran Yesus. Melalui bacaan Injil Lukas 16:9-15, refleksi ini menyoroti pentingnya menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup, bukan menjadikan harta sebagai “tuan” yang menguasai hati manusia.
Pada hari ini, Gereja Katolik memperingati Santa Teoktista dan Santo Klaudius beserta rekan-rekannya yang menjadi martir. Warna liturgi yang digunakan adalah hijau, sebagai simbol harapan akan keselamatan dan pertumbuhan iman. Renungan ini diadaptasi dari buku Inspirasi Pagi karya Budi Ingelina dan kembali mengingatkan umat untuk merenungkan makna kekayaan dalam terang Sabda Tuhan.
Bacaan Liturgi 8 November 2025
Renungan harian ini disertai bacaan Kitab Suci yang terdiri dari:
– Bacaan Pertama: Roma 16:3-9.16.22-27
– Mazmur Tanggapan: Mzm 145:2-3.4-5.10-11
– Injil: Lukas 16:9-15
– Ofisi: Yehezkiel 1:3-14.22-2:8
Bacaan Injil menjadi pusat refleksi yang menegaskan pesan Yesus mengenai penggunaan harta kekayaan. Dalam Lukas 16:13 disebutkan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Yesus mengingatkan bahwa manusia tidak bisa menyembah dua tuan sekaligus. Jika hati melekat pada harta, maka relasi dengan Tuhan perlahan terkikis.
Harta: Sarana, Bukan Tujuan
Tema utama renungan hari ini adalah soal fungsi kekayaan dalam kehidupan iman. Kekayaan sering kali dipandang sebagai ukuran keberhasilan, kenyamanan, bahkan kemuliaan duniawi. Namun Yesus menegaskan bahwa harta dunia harus ditempatkan sebagai alat untuk berbuat baik, bukan menjadi tujuan hidup.
“Yesus ingin kita menjadikan uang dan harta benda sebagai alat untuk memberi pelayanan kepada siapa pun dan apa pun,” demikian renungan hari ini menegaskan. Dengan kata lain, kekayaan adalah titipan Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan untuk kemuliaan-Nya.
Renungan juga mengutip pernyataan tajam dari ayat Injil yang mengatakan, “Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” Ungkapan ini menjadi pengingat bahwa ukuran keberhasilan menurut dunia sering kali tidak sejalan dengan nilai Kerajaan Allah. Dunia memuja kekayaan, posisi, dan pengaruh, sedangkan Tuhan menghargai kerendahan hati, cinta kasih, dan pelayanan.
Mengelola Kekayaan dengan Bijak
Renungan harian ini mengajak umat Katolik untuk kembali menata hati dalam memandang kekayaan. Harta benda memang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi tidak boleh menguasai hati dan tindakan hingga menjauhkan manusia dari Tuhan dan sesama.
Pengelolaan kekayaan yang benar mencakup tiga sikap:
1. Bersyukur dan Rendah Hati
Menyadari bahwa apa pun yang dimiliki adalah anugerah Tuhan, bukan semata hasil usaha manusia.
2. Peka terhadap Sesama
Harta menjadi saluran berkat jika dibagikan, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
3. Memprioritaskan Tuhan
Menjadikan Tuhan sebagai sumber kebahagiaan, bukan ketergantungan pada harta dunia.
Renungan menegaskan supaya umat tidak menjadikan uang sebagai sosok “tuan” yang mengatur setiap keputusan. “Mungkin tanpa sadar kita telah menjadikan uang dan harta benda sebagai tuan atas hidup kita,” tulis renungan tersebut. Karena itu, pembaruan sikap batin dibutuhkan agar harta kembali pada fungsi aslinya: sarana untuk mengasihi.
Pesan Doa Penutup
Renungan Harian Katolik 8 November 2025 ditutup dengan sebuah doa yang memperteguh komitmen untuk menempatkan Allah sebagai tujuan hidup. Doa tersebut berbunyi:
“Allah, Engkaulah sumber serta pangkal keselamatan. Segala sesuatu terjadi atas kehendak-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Semoga hidup dan perbuatan kami memuliakan nama-Mu. Amin.”
Doa ini menjadi seruan agar setiap umat mempersembahkan seluruh aktivitas, usaha, pekerjaan, dan penggunaan harta demi hormat dan kemuliaan Tuhan.
Penegasan Bagi Umat Katolik
Pesan renungan hari ini jelas: kekayaan bukanlah sesuatu yang salah atau harus dihindari. Yang perlu disikapi adalah bagaimana hati memandang dan memperlakukan kekayaan. Jika harta ditempatkan sebagai alat berbuat kasih dan pelayanan, maka kekayaan menjadi berkat. Tetapi jika harta menjadi pusat hidup dan prioritas utama, maka manusia perlahan menjauh dari Tuhan dan kehilangan damai sejati.
Melalui renungan ini, umat Katolik diajak untuk merenungkan kembali orientasi hidup. Apakah harta yang dimiliki saat ini sudah dipergunakan sebagai alat memuliakan Tuhan, atau justru menjadi penghalang dalam perjalanan iman?
Renungan Harian Katolik 8 November 2025 menjadi undangan reflektif agar setiap orang beriman kembali menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tujuan tertinggi, dan menjadikan harta sebagai sarana untuk mencintai, melayani, dan menabur kebaikan.
