Tuturpedia.com — Unlimited Productions bersama Skop Productions (Malaysia) resmi mengumumkan dimulainya produksi ulang film horor fenomenal “Munafik” untuk versi Indonesia. Pengumuman tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Jakarta, pada Rabu (29/10/2025), dan menjadi penanda kolaborasi besar lintas negara dalam menghadirkan film horor bernuansa spiritual yang kuat bagi penonton Tanah Air.
Konferensi pers turut dihadiri sejumlah nama penting di balik proyek ini, di antaranya Produser Unlimited Productions Oswin Bonifaz, sutradara versi Indonesia Guntur Suharjanto, perwakilan Skop Productions sekaligus produser asal Malaysia Datuk Dr. Yusof Haslam, serta penulis naskah Ali. Hadir pula perwakilan dari rumah produksi A&Z Films, Komet Productions, dan Legacy Pictures yang terlibat dalam produksi film ini.
Kolaborasi Kreatif Indonesia–Malaysia
“Munafik” merupakan salah satu film horor tersukses di Malaysia yang dirilis pada 2016 dan disutradarai oleh Syamsul Yusof. Kesuksesannya melahirkan sekuel dan mendapat pengakuan luas dari penonton di berbagai negara Asia Tenggara. Versi Indonesia nantinya bukan sekadar adaptasi ulang, tetapi akan mengusung pendekatan budaya dan sosial yang relevan dengan konteks masyarakat Indonesia.
Oswin Bonifaz menegaskan bahwa proyek ini telah melalui proses panjang sejak tahap negosiasi IP hingga penulisan naskah. Menurutnya, remake ini bukan lahir sebagai pengganti versi asli, melainkan sebagai karya baru yang berdiri kuat dengan identitas Indonesia.
“Ini IP besar yang kami kerjakan serius sejak lama. Harapannya, versi Indonesia berdiri kuat dengan jati dirinya sendiri bukan menggantikan, melainkan menghadirkan pengalaman baru yang membanggakan penonton Indonesia,” ujar Oswin Bonifaz.
Oswin juga menilai momen kolaborasi Indonesia–Malaysia ini sebagai langkah positif dalam memperkuat pasar film regional. Ia berharap, kerja sama tersebut mampu membuka peluang lebih besar bagi industri film kedua negara di kancah internasional.
Sentuhan Budaya dan Nilai Spiritual
Sementara itu, sutradara Guntur Suharjanto menjelaskan bahwa tantangan terbesar remake “Munafik” adalah menghormati kisah aslinya yang sudah melekat di hati penonton Malaysia, sembari menghadirkan pendekatan baru yang sesuai dengan budaya Indonesia.
Guntur menyebutkan bahwa film ini tidak hanya mengandalkan unsur ketakutan, tetapi juga membawa pesan personal tentang kejujuran, moral, dan pergulatan batin manusia. Ia ingin penonton tidak sekadar terkejut oleh adegan horor, tetapi juga pulang dengan renungan.
“Saya ingin membuat horor yang bukan sekadar menakut-nakuti, tapi punya pesan personal yang kuat. Versi Indonesia akan berakar pada kultur kita dari karakter, laku spiritual, hingga konteks sosial tanpa kehilangan ruh kisah aslinya,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa istilah “munafik” dalam film ini tidak hanya dipahami secara sempit, melainkan melalui penggambaran karakter dan dialog yang memperlihatkan bagaimana manusia bisa terjebak dalam ketidakkonsistenan antara ucapan dan perbuatan. Menurut Guntur, pesan tersebut sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dukungan Penuh dari Skop Productions
Kolaborasi produksi ini mendapat dukungan penuh dari Skop Productions, rumah produksi asal Malaysia yang membesarkan “Munafik”. Datuk Dr. Yusof Haslam yang hadir mewakili putranya, Syamsul Yusof, menyampaikan antusiasme terhadap remake ini.
“Bahasa dan budaya kita saling memahami. Kolaborasi Indonesia-Malaysia menjadi tantangan sehat untuk sama-sama menghadirkan karya terbaik. Saya percaya kualitas sineas Indonesia dan Malaysia akan saling melengkapi, dan semoga film ini sukses di kedua negara,” ungkap Datuk Yusof.
Yusof juga menekankan pentingnya penilaian jujur terhadap karya, serta berharap produksi dapat berjalan lancar dan diterima luas bukan hanya di Indonesia dan Malaysia, tetapi juga di pasar global Asia.
Tantangan Penulisan Naskah
Penulis naskah, Ali, mengakui bahwa ekspektasi besar terhadap judul “Munafik” menjadi tantangan tersendiri. Menurutnya, tekanan tersebut justru menjadi pemicu agar versi Indonesia memiliki arah cerita yang jelas, terstruktur, dan relevan.
“Ekspektasi itu yang paling menantang. Syukurlah prosesnya sangat terbantu oleh produser dan sutradara, sehingga dalam waktu relatif singkat naskah bisa terbentuk dengan arah yang jelas,” kata Ali.
Ali memastikan bahwa elemen-elemen kunci yang membuat “Munafik” begitu kuat—baik dari sisi emosional, spiritual, maupun konflik internal karakter—tetap dipertahankan dalam remake ini.
Jajaran Pemain Unggulan
Dalam kesempatan tersebut, tim produksi juga memperkenalkan jajaran pemain yang akan menghidupkan karakter versi Indonesia. Aktor Arya Saloka didapuk sebagai tokoh utama Adam, sementara Acha Septriasa akan berperan sebagai Fitri. Keduanya menjadi pasangan karakter sentral yang akan membawa penonton dalam alur penuh misteri dan konflik batin.
Daftar pemeran lain meliputi Donny Damara sebagai H. Mansur, Nova Eliza sebagai Hj. Zulfa, Dimas Aditya sebagai Anwar, Izabel Jahja sebagai Umi Fitri, Elvira Davinamira sebagai Hanifa, Oce Permatasari sebagai Pembantu H. Mansur, serta Faqih Alaydrus sebagai Amir.
Jadwal Produksi dan Harapan Penonton
Meski belum mengumumkan secara resmi jadwal rilis, pihak produksi menargetkan proses syuting akan dimulai pada akhir 2025, dengan perencanaan perilisan pada 2026. Tim berharap “Munafik” versi Indonesia dapat menjadi salah satu film horor besar yang dinantikan penonton.
Dengan kolaborasi lintas negara, pendekatan budaya yang lebih dekat dengan penonton Indonesia, serta tema spiritual dan moral yang kuat, remake “Munafik” disebut berpotensi memperkaya genre horor nasional.
Film ini diharapkan bukan hanya menawarkan ketakutan, tetapi juga menggugah kesadaran dan refleksi, menjadikannya berbeda dari kebanyakan film horor komersial pada umumnya.













