banner 728x250
Sports  

Raphinha: Semua Pemain Bola Profesional Butuh Psikolog

Raphinha menilai psikolog penting untuk pesepak bola. Foto: x.com/FCBarcelona
Raphinha menilai psikolog penting untuk pesepak bola. Foto: x.com/FCBarcelona
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Penyerang Barcelona, Raphinha, menegaskan pentingnya sosok seorang psikolog bagi siapa pun yang akan berkarier sebagai pesepak bola profesional.

Pernyataan tersebut disampaikan Raphinha berdasarkan pengalaman pribadinya, terutama selama ia terus dihujani kritik lantaran performanya bersama Barcelona yang tak selalu mulus di awal.

Raphinha bergabung dengan Blaugrana pada tahun 2022 usai dibeli dengan nilai transfer 55 juta euro (lebih dari Rp944,54 miliar) dari Leeds United.

Meskipun ia mengawali musim ini dengan apik dan bahkan baru saja mencetak hattrick dalam kemenangan 7-0 Barca lawan Real Valladolid, Minggu (1/9/2024) kemarin, ia mengalami kesulitan beradaptasi saat baru bergabung.

Buntutnya, nama Raphinha pun jadi sering jadi sasaran kritik dan diungkit-ungkit dalam rumor transfer.

Pernah Ingin Pindah dari Barca

Dalam salah satu wawancaranya yang dilansir Tuturpedia.com dari ESPN pada Rabu (4/9/2024), pemain 27 tahun itu mengakui ia pernah mempertimbangkan pilihan untuk meninggalkan Camp Nou.

“Dalam enam bulan pertama saya di sini,” jawabnya.

“(Situasinya) sulit buat saya dan keluarga saya. Saya meningkat setelah Piala Dunia (tahun 2022) dan mengakhiri musim dengan baik, namun adaptasinya sulit,” lanjutnya.

“Saya kepikiran untuk pergi sesekali, namun pikiran itu lewat dengan cepat. Ini Barca, klubnya besar, wajar kalau susah,” penyerang Brasil itu kembali menambahkan.

Raphinha: Rawat Diri agar Tidak Dirusak Sepak Bola

Lebih lanjut lagi, Raphina juga bicara blak-blakan soal pengalamannya ketika ia merasa ingin menyerah saja dan tak lagi menjadi pesepak bola profesional.

Bahkan, ia menyebut profesinya saat ini sebagai profesi yang bisa merusak diri.

“Ada momen-momen ketika saya pulang dan tak tahu apakah saya akan bangun keesokan harinya untuk kembali latihan. Saya sudah menangis, di sini (di Barca) juga,” tuturnya.

“Saya melakukan tugas psikologis karena saya telah melihat seberapa penting (psikolog). Orang-orang perlu melakukannya karena sangat membantu. Jika Anda tidak merawat diri Anda sendiri, sepak bola merusak Anda. Sangat gampang merasa depresi dan menyerah begitu saja,” lanjut Raphina.***

Penulis: K Safira

Editor: Annisaa Rahmah