banner 728x250

Rafah Jadi Kota Mati Sejak Invasi Israel selama 2 Bulan ke Belakang

Invasi Israel di Rafah sebabkan para warga sipil mengungsi dan meninggalkan rumah. Foto: pixabay.com/hosnysalah
Invasi Israel di Rafah sebabkan para warga sipil mengungsi dan meninggalkan rumah. Foto: pixabay.com/hosnysalah
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Seorang wartawan diberikan kesempatan oleh militer Israel untuk meliput bagaimana keadaan terbaru dari Kota Rafah pada hari Rabu (3/7/2024). Kesempatan ini merupakan pertama kalinya media internasional mengunjungi kota paling selatan Gaza sejak kota itu diserbu pada Senin, 6 Mei 2024. 

Diketahui sebelumnya Israel telah melarang jurnalis internasional memasuki Gaza secara independen sejak 7 Oktober 2023. 

Kota Rafah di Palestina sempat menjadi tempat berlindung bagi 2 juta jiwa warga sipil Palestina selama invasi Israel berlangsung. Namun, selama dua bulan terakhir kota yang aman tersebut berubah menjadi seperti kota mati karena serangan Israel yang bertubi-tubi di wilayah tersebut. 

Serangan tersebut menyebabkan seluruh warga sipil yang berlindung di sana pergi dari kamp pengungsian dan rumahnya menuju ke area yang lebih aman. Terlebih, kota ini terlihat seperti kota hantu yang tertutup debu. 

Diperkirakan 1,4 juta warga Palestina berdesakan di Rafah setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain di Gaza. PBB memperkirakan sekitar 50.000 orang masih tinggal di Rafah, yang sebelumnya dihuni sekitar 275.000 orang.

Rafah yang awalnya dikenal sebagai wilayah yang cantik, kini gedung-gedung apartemen terbengkalai dan dipenuhi peluru yang menghancurkan dinding hingga menghancurkan jendela-jendela. Tumpukan puing-puing yang menjulang tinggi pun terlihat berserakan di Jalan Rafah.

Selain itu, militer Israel mengatakan mereka hampir mengalahkan pasukan Hamas di Rafah. Mereka juga mengatakan empat batalion Hamas yang tersisa telah mundur ke sana, ke wilayah seluas sekitar 25 mil persegi yang berbatasan dengan Mesir. 

“Hamas membangun segalanya di lingkungan sipil, di antara rumah-rumah, di antara masjid-masjid, di antara masyarakat, untuk menciptakan ekosistem terornya,” ungkap militer Israel.

Sementara itu, ratusan militan Hamas tewas dalam serangan di Rafah dan ribuan perempuan serta anak-anak tewas akibat serangan udara dan operasi darat Israel. Bukan hanya menyebabkan korban jiwa, serangan di Rafah juga secara tidak langsung membekukan bantuan yang masuk ke Gaza, Palestina. 

Israel terus menjaga pintu masuk bantuan di Rafah, mereka menahan barisan truk bantuan dengan berbagai syarat dan prosedur sebelum dapat masuk ke area Gaza. Namun, hingga saat ini bantuan kemanuasiaan ke Gaza masih terhambat karena penjagaan Israel yang ketat.***

Penulis: Anna Novita Rachim.

Editor: Annisaa Rahmah.