Tuturpedia.com – Pada hari Minggu (18/8/2024), Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan bahwa negaranya “secara resmi” menghentikan ekspor batu bara ke Israel.
Petro beralasan pelarangan tersebut didasari oleh tidak inginnya penggunaan batu bara Kolombia dalam senjata yang digunakan untuk melawan warga Palestina di Gaza.
“Batu bara Kolombia digunakan untuk membuat bom untuk membunuh anak-anak Palestina,” kata Petro di X, membenarkan keputusan tersebut.
Keputusan tersebut telah ditandatangani oleh Petro bersama dengan para menteri luar negeri, keuangan, pertambangan, dan perdagangan, akan mulai berlaku lima hari setelah diumumkan dalam berita resmi.
Diketahui, Kolombia merupakan salah satu negara pemasok batu bara sebesar 5% dari total produksi batu baranya ke Israel.
Dalam delapan bulan pertama tahun 2023, ekspor batu bara Kolombia ke Israel berjumlah $320 juta, FT juga melaporkan pada bulan Juni, berdasarkan data resmi, pendapatan pemerintah dari ekspor ini mencapai $165 juta.
Negara ini juga merupakan eksportir batu bara laut terbesar keenam di dunia dan terbesar kedua di Amerika Selatan. Tahun lalu, Kolombia mengekspor 56,4 juta ton komoditas tersebut.
Meski begitu, keputusan ini juga dikhawatirkan oleh Asosiasi Industri Pertambangan Kolombia. Asosiasi ini memperingatkan bahwa larangan tersebut akan merugikan perekonomian negara dan menghambat investasi asing.
“Keputusan ini tidak sesuai dengan komitmen internasional Kolombia yang harus dihormati dan membahayakan kepercayaan pasar dan investasi asing,” ujar asosiasi itu.
Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel
Bukan hanya itu, Kolombia telah menangguhkan hubungan diplomatik dengan negara tersebut sekaligus menyatakan bahwa negara-negara di dunia tidak boleh pasif terhadap apa yang terjadi di Gaza.
Sejak awal perang di Gaza, Presiden Kolombia telah berulang kali menekankan bahwa Israel melakukan genosida dan menyerukan dunia untuk mengakhiri pelanggaran yang dilakukan Netanyahu.
Pada akhir bulan Februari lalu, Petro mengumumkan penangguhan kesepakatan pembelian senjata dari pendudukan, menyusul pembantaian di Gaza ketika 118 warga Palestina menjadi martir saat menunggu konvoi bantuan di dekat bundaran Nabulsi di Jalur Gaza Utara.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah