Tuturpedia.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan fenomena cuaca ekstrem, yang tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Ia mengatakan, kondisi cuaca ekstrem akan berlangsung hingga awal tahun 2025.
“Sesuai dengan prediksi BMKG, saat ini kita sedang menghadapi puncak musim hujan, yang terjadi di bulan Desember hingga Januari. Hal ini ditandai dengan curah hujan intensitas lebat, bisa sangat lebat, bisa ekstrem, dan dapat disertai angin kencang, kilat, petir,” ujarnya di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
BMKG akan terus meng-update zona wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem, minimal sepekan sebelum kejadian ekstrem dan diulang tiga hari sebelum kejadian ekstrem sampai tiga jam sebelum kejadian ekstrem.
“Selain itu, BMKG juga telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L), misalnya dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk bekerja sama memodifikasi cuaca, mengurangi awan-awan hujan yang diprediksi akan terus meningkat,” lanjut Dwikorita.
Apakah Bencana Banjir Besar Tahun 2020 akan Kembali Terulang?
Fenomena cuaca ekstrem saat ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat akan ancaman bencana banjir besar, khususnya di wilayah Jabodetabek saat momen Natal dan tahun baru (Nataru) tahun 2020 silam.
Saat awal tahun 2020, curah hujan di Jakarta mencapai 377 mm per hari. Hal ini yang menyebabkan Jakarta dilanda banjir besar di momen tahun baru (1 Januari 2020).
Dwikorita menuturkan, terdapat kesamaan cuaca ekstrem yang sedang terjadi saat ini dengan cuaca ekstrem yang terjadi pada tahun 2020. Sehingga, bencana banjir besar tahun 2020 berpotensi akan terulang kembali di awal tahun 2025.
“Berdasarkan fenomena alam yang memicu terjadinya banjir di Jabodetabek tahun 2020 itu ada kesamaan dengan fenomena alam saat ini,” ucap Dwikorita.
“BMKG memprediksi akan sama seperti tahun 2020. Tetapi, kami berupaya mencegah agar itu tidak terjadi. Masyarakat pun harus waspada, sehingga saling bergotong royong mencegah bencana banjir besar terjadi, meskipun fenomenanya mengarah ke sana,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahun 2020 banjir besar terjadi di awal tahun dan terjadi menjelang puncak musim hujan atau transisi ke puncak musim hujan.
Kemudian Madden-Julian Oscillation (MJO) atau pembentukan awan hujan secara intensif saat ini juga sedang berlangsung, yakni kumpulan awan dari arah Samudra Hindia. Terjadi pula seruak udara dingin dari Dataran Tibet di Asia, yang memicu angin kencang, hujan lebat.
“Kami sudah memprediksi bahwa kejadian di tahun 2020 akan kembali terjadi menjelang akhir tahun. Sementara bedanya, saat ini lebih banyak bermunculan bibit-bibit siklon dan kemunculan La Nina lemah,” tutur Dwikorita.
Untuk menghadapi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk melakukan langkah antisipasi, di antaranya:
1. Mengantisipasi risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di wilayah rawan.
2. Membersihkan saluran air dan lingkungan sekitar untuk mengurangi risiko banjir.
3. Menghindari aktivitas di wilayah rawan bencana serta mempersiapkan perlengkapan darurat.
4. Memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti laman www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.***
Penulis: Angghi Novita
Editor: Annisaa Rahmah